![]() |
Wakil Ketua DPR Fadli Zon memakai jam tangan Hublot Spirit of Big Bang King Gold Ceramic saat memberikan keterangan kepada wartawan mengenai pertemuan dengan Donald Trump di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 14 September 2015. ANTARA FOTO |
Wakil Ketua DPR Fadli Zon menyebutkan dalam pertemuan itu elit Parpol membas secara utuh pengakuan Setya Novanto, yang dihadiri Ketua Dewan Kehormatan PAN Amin Rais, Presiden PKS Sohibul Iman, Ketua Umum Partai Golkar Abu Rizal Bakrie, Ketua Umum PPP Djan Faridz.
“Kita ingin mendengar secara utuh dari situ jelas yang dijelaskan selama ini. Kabarnya ada rekaman. Novanto bilang ada banyak editan. Ini kita simpulkan semacam jebakan. Mungkin dirut ini mantan intelejen yah. Tapi ini nggak etis. Di AS ini jadi skandal besar,” ujar Fadli di Cikini, Jakarta, Sabtu (21/11).
Menurut Fadli, apa yang dilakukan dirut PT Freeport adalah planggaran. Sebab, sudah merekam secara ilegal dan tak ada kata minta saham dalam percakapan tersebut. “Dirut yang minta ketemu. Dalam pembicaraan itu tidak ada kata sedikitpun minta saham. Kalau bahasa Indonesia yang benar itu nggak ada dalam transkip,” katanya.
Fadli menegaskan percakapan tersebut hanyalah perbincangan biasa. Namun kemudian direkam dengan maksud tertentu. Dalam intelejen, kata dia, adalah sting operation. Dia juga mengatakan tidak ada tindak lanjut dari obrolan ‘minta saham’ dimaksud.
“Setelah tanggal 8 Juni sampai sekarang nggak ada follow up. Jadi omong kosong nggak serius kalau ada follow up pasti ada omongan minta saham. Itu bincang-bincang ngobrol dan direkam. Jadi ini sting operation,” kata dia.
Fadli menyarankan kepada Novanto agar melaporkan hal tersebut kepda kepolisian. “Saya bilang ke Novanto lapor polisi. SS hanya udah di tangkap. Dia langgar UU,” kata dia.(Akt)