logo
×

Minggu, 01 November 2015

Menteri LH Malaysia: RI Mengaku Lemah Ramalkan El Nino

Menteri LH Malaysia: RI Mengaku Lemah Ramalkan El Nino
El Nino "Bukan Gelombang Panas " .El Nino adalah gejala penyimpangan kondisi meningkatnya suhu permukaan laut yang signifikan di samudra pasifik sekitar ekuator khususnya dibagian Tengah dan Timur dan berdampak pada pengurangan jumlah hujan yang signifikan di indonesia
NBCIndonesia.com - Menteri Lingkungan Hidup Malaysia Datuk Seri Wan Junaidi Tuanku Jaafar menjelaskan sejak tahun 1998, kala El Nino tidak terjadi, asap tak pernah sebegini buruk. Menurutnya, hanya 'intervensi alami' bisa mengakhiri pembakaran terbuka di Indonesia. Ada 1,7 juta lahan yang terdampak."Di antara alasannya, mereka (Indonesia) mengatakan, adalah kelemahan dalam meramalkan El Nino. Ramalan mereka di 2015 dan 2016 tidak seserius 1997 dan 1998. Tapi apa yang terjadi sekarang adalah El Nino sekuat tahun 1997," imbuhnya.


Sekadar diketahui, soal El Nino kuat yang di luar dugaan ini pernah disinggung Menko Luhut Pandjaitan pada 23 Oktober silam.Menteri Lingkungan Hidup Malaysia Datuk Seri Wan Junaidi Tuanku Jaafar menjelaskan"Saya ingat Februari atau Maret lalu, kita masih katakan El Nino tidak lama. Tapi sekarang El Nino ini lebih parah dari apa yang kita bayangkan. Karena itu kami tidak mau ambil risiko," kata Luhut yang memimpin peningkatan pemadaman karhutla ini.

Menteri Lingkungan Hidup Malaysia Datuk Seri Wan Junaidi Tuanku Jaafar mengatakan bahwa Indonesia mengaku lemah dalam memprediksi El Nino. Indonesia dinilai menganggap remeh.Wan Junaidi mengatakan hal tersebut usai membuka Environment Week di Kuching pada Sabtu (31/10/2015) seperti dilansir dari The Star pada Minggu (1/11/2015)ini.

"Otoritas Indonesia telah memberikan jaminan pada saya bahwa tahun depan dan tahun 2017, pembakaran terbuka dalam skala besar tak terjadi lagi, setidaknya seperti apa yang kita lalui sekarang ini," ujar Menteri Lingkungan Hidup Malaysia Datuk Seri Wan Junaidi Tuanku Jaafar.Namun Satelit masih mendeteksi 53 titik panas di Sumatera pada Sabtu kemarin. Sedangkan di Kalimantan hanya terdeteksi 1 titik panas.

Tapi sekarang "Indonesia akan mengadopsi manajemen lahan gambut Malaysia, termasuk dam mikro untuk memastikan ketersediaan air permukaan, sumur dalam lebih dari 100 meter sebagai sumber air dan pengukuran sederhana seperti membangun menara pengawas," jelas dia. Selain itu Junaidi juga mengaku sedang mempelajari penegakan hukum yang keras bagi warga Malaysia yang masih membakar sampah di halaman belakang rumah hingga menimbulkan polusi, juga polutan dari pabrik.(dtk)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: