![]() |
Ilustrasi |
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Elan Biantoro menyampaikan hal itu pada diskusi 'Refleksi 2015 dan proyeksi 2016 Industri hulu Migas Nasional' di Jakarta, Selasa (1/12/2015).
"Oleh karena itu diperlukan cadangan Migas yang banyak saat ini, dengan melakukan eksplorasi-eksplorasi baru penemuan cadangan Migas lainnya di Indonesia," kata Elan.
Menurut dia, saat ini Indonesia masih mengandalkan pengeboran lepas pantai. "Beberapa di Aceh, saya punya harapan besar, tapi darat dan laut Aceh belum maksimal. Sekarang Aceh sudah aman potensinya keamanannya baru dapat Aru," ungkap Elan.
Sementara itu, pengamat Minyak dan Gas, Abdul Muin, mengatakan apabila dibandingkan kondisi profil produksi minyak dan proyeksi kebutuhan jangka panjang, maka terlihat jurang defisit yang semakin melebar ke depan.
Dengan asumsi pertumbuhan permintaan akan minyak (crude dan BBM) sekira 3,5 persen, Indonesia pun harus mengimpor sekira 1,5 juta barel per hari pada 2020 dan 2,6 juta barel per hari pada tahun 2030 guna memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri.
"Oleh karena itu, pemerintah mulai dari sekarang harus mengantisipasi potensi krisis minyak yang sudah menghadang di depan mata dalam kurun waktu lima sampai 15 tahun ke depan," ujarnya.(TS)