![]() |
Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Al Habib Muhammad Rizieq Shihab. |
Habib Rizieq dan KH Hasyim di sela-sela acara Pemaparan dan Penguatan Ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) serta Waspada PKI di Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (07/1/2016), sependapat mengenai banyaknya indikator yang menandai bangkitnya paham komunisme, khususnya sejak era reformasi.
Saat ini, lanjut Habib Rizieq, generasi muda PKI telah menyusup di berbagai level kehidupan bernegara dan berbangsa, mulai dari seni dan budaya dalam bentuk penerbitan buku dan film, hingga aktif di partai politik, eksekutif, dan legislatif.
"Siapa yang berkepentingan terhadap dua hal tersebut, tidak lain adalah generasi muda dari para anggota PKI masa dahulu yang saat ini masih menganut paham komunisme sangat kuat," tegasnya.
Petinggi FPI itu menambahkan, gambaran konkret gerakan PKI itu bisa dilihat melalui upaya-upaya yang dilakukan oleh sejumlah kelompok masyarakat yang terus menerus menekan pemerintah untuk mencabut Tap MPR No 25 tahun 1966 tentang larangan paham komunisme di Indonesia.
Bukti gerakan PKI lainnya, kata Rizieq, melalui danya upaya pemaksaaan pembahasan RUU tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yang pada 2015 tidak lolos dari target pembahasan RUU di DPR, namun di awal 2016 sudah ada upaya dari segolongan orang di DPR yang mengajukan kembali pembahasan RUU tersebut.
"Targetnya, jika RUU tersebut lolos dan menjadi Undang-undang, konsekwensinya adalah pemerintah harus meminta maaf kepada PKI, mengklarifikasi bahwa PKI adalah korban kejahatan perang, dan mengkompensasi kerugian yang timbul akibat dari peristiwa pemberontakan serta pengkhianatan organisasi komunis itu," kata Habib Rizieq.
Tidak hanya itu, Imam Besar FPI tersebut juga menyoroti hilangnya pelajaran sejarah tentang kekejaman dan pengkhianatan PKI dalam kurikulum pendidikan nasional. (Ant)