
Nusanews.com - Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai NasDem Slamet Junaidi mengaku mendukung rencana pemerintah impor gula. Syaratnya, impor dilakukan BUMN bukan swasta dan diawasi ketat proses dan penyalurannya.
“Yang terpenting pelakunya bukan importir swasta dan bisa terawasi. Kalau Menteri BUMN yang memerintahkan PTPN X untuk melakukannya, silahkan saja demi menutupi kekurangan bahan baku lokal,” kata dia di Jakarta, Minggu (29/05/2016).
Slamet mengatakan hal itu sehubungan adanya kebijakan Pemerintah melalui Surat Menteri BUMN bernomor S-288/MBU/05/2016 kepada PT. Perkebunan Nusantara X (PTPN X) untuk melakukan impor gula mentah (raw sugar) sebanyak 381 ribu ton.
Menurut dia, impor gula penting menghadapi potensi gejolak harga menjelang Ramadhan hingga Idul Fitri. Sebab, biasanya kebutuhan gula dimasyarakat meningkat. Jika ketersediaan pasokan gula terjamin bisa menekan kenaikan harga.
Selain itu, impor gula oleh BUMN yang mengelola pabrik gula, bertujuan mengamankan pendapatan petani tebu. “Langkah ini diambil berdasarkan kompensasi saat pabrik gula BUMN tidak bisa mencukupi rendeman (kadar gula) tebu petani sesuai yang ditarget kementerian BUMN sebesar 8,5 persen," papar Slamet.
Sebab, diperkirakan saat musim giling kali ini rendemen hanya dalam kisaran 6-7 persen atau masih ada kekurangan 1,5 persen dari target. Untuk menutupi kekurangan rendeme pabrik gula bisa menggunakan gula mentah itu agar rendemen meningkat.
Meski demikian Slamet mengingatkan agar upaya itu tidak mengandalkan impor gula mentah saja. Menurut dia, pemerintah harus bisa mengelola dengan instrumen kebijakan. Tujuannya untuk menjamin kestabilan harga di pasar dan keuntungan yang layak petani tebu.
“Kebijakan apapun yang dilakukan bertujuan agar para petani tebu tidak merasakan kehilangan pendapatan dan merugi saat masa giling 2016-2017 atas pemberlakuan impor yang berlaku dua tahun ini,” tandas Slamet yang juga mengingatkan agar impor gula tidak rutin dilakukan.
Baginya, langkah prioritas pemerintah ke depan adalah meningkatkan produksi tebu dari petani. “Pemerintah perlu memberikan insentif kepada para petani tebu untuk meningkatkan tanaman tebu dan kualitasnya. Sehingga pada tahun 2018, kita tidak perlu lagi mengimpor gula mentah," kata dia.
Selain itu, Slamet juga menyoroti perlunya perbaikan mesin-mesin pabrik gula. Karena hampir sebagian besar mesin-mesin yang ada merupakan peninggalan Belanda. Rendeman gula mentah yang dihasilkan pun hanya di kisaran 6-7 persen saja, tidak bisa mencapai target 8,5 persen.
“Petani bisa menghasilkan bahan baku manis, bersih dan segar (MBS) serta ditunjang revitalisasi terhadap mesin pabrik gula. Dengan ini Insya Allah program swasembada gula 2019 yang dicanangkan Pemerintah Jokowi-JK bisa tercapai,” pungkasnya. (ts)