logo
×

Minggu, 15 Mei 2016

Bantah Semua Klaim Pencitraan, "Mindanao Examiner" Kisahkan Peran Kivlan Zein Bebaskan WNI

Bantah Semua Klaim Pencitraan, "Mindanao Examiner" Kisahkan Peran Kivlan Zein Bebaskan WNI

NBCIndonesia.com - Dalam pembebasan sandera pelaut Indonesia yang disekap kelompok Abu Sayaf di Filipina, peran Kivlan Zein ternyata memang tak bisa dianggap sebelah mata.

Jasa Kivlan yang mantan komandan pasukan perdamaian Organisasi Konferensi Islam (OKI) untuk perdamaian di Filipina tahun 1996 itu terbukti dengan adanya artikel berita, foto, dan video yang dirilis oleh harian ‘Mindano Examiner’ edisi Kamis 12 Mei 2016 dan ditayangkan pada pukul 06:48 waktu setempat. Laporan ini ditulis oleh seorang jurnalisnya yang bernama Ely Dumaboc.


Artikel berita itu berjudul "Sayyaf frees 4 Indon sailor in Philillines" (Abu Sayyaf bebaskan 4 Pelaut Indonesia di Filipina). 

Adanya artikel ini jelas menepiskan begitu banyak klaim atas pihak-pihak di Indonesia yang menyatakan berjasa dalam negoisasai pembebasan sandera. Bahkan saking semangatnya, klaim dari jasa pembebasan tersebut menjadi terlihat aneh karena kemudian berubah sebagai sebuah pecitraan politik. Akibatnya, keadaan malah kontra produktif. Segala klaim yang mereka nyatakan tersebut dijadikan bahan ‘olok’olok’ publik di media sosial (netizen).

Berikut terjemahan artikel tersebut dalam bahasa Indonesia:

Sulu - Kelompok Abu Sayyaf  telah membebaskan empat pelaut Indonesia pada Rabu lalu setelah serangkaian negosiasi dengan mantan kelompok pemberontak Front Pembebasan Nasional Moro di provinsi Filipina selatan, Sulu.

Tokoh MNLF  Nur Misuari berhasil membujuk Abu Sayyaf untuk membebaskan para pelaut tanpa tebusan, yang mana kemudian gubernur provinsi Totoh Tan, yang kemudian menerima para sandera Indonesia itu  di rumahnya di kota Jolo. 

Istri Misuari, Tarhata, dan mantan jenderal angkatan darat Indonesia Kivlan Zein Didampingi para pelaut - Mochammad Ariyanto Mijnan, Lorens Peter Dede Irfan Hilmi dan Samsir ikut — ikut hadir dalam acara penyerahan sandera itu kepada Tan.

Tidak Ada Uang Tebusan yang Dibayar

Kivlan Zein untuk kedua kalinya kembali meminta bantuan Misuari untuk keamanan para sandera yang dibebaskan di kota Indanan. 

Dalam pertemuan dengan pejabat gubernur Sulu Totoh Tan, Kivlan kemudian memberikan penjelasan tentang peran Misuari dalam membujuk Abu Sayyaf agar bersedia membebaskan para pelaut, yang merupakan awak kapal tugboat. Mereka ini diculik bulan lalu di laut lepas provinsi Tawi-Tawi dekat perbatasan Sabah, dan dibawa mereka ke provinsi Sulu.

"Itu semua hasil persuasi MNLF dan upaya bersama dari militer dan polisi, pemerintah daerah, dan  provinsi. Tidak ada uang tebusan yang dibayar untuk kebebasan orang Indonesia, “kata Totoh Tan, selaku ketua komite manajemen krisis lokal, kepada ‘Mindanao Exminer.

Tidak ada satu pun dari antara para sandera berbicara, tapi mereka semua berterima kasih kepada  Tan dan berjabat tangan dengan dia. Wakil Gubernur Sulu, Salur Tan, ikut hadir dalam pertemuan itu.

Nur Misuari Punya Peran Besar

Kivlan Zein  memuji Misuari dan Tan dan pemerintah Filipina dalam peran mereka dalam mengamankan kebebasan orang Indonesia. 

"Kami mengucapkan terima kasih saudara Nur, MNLF, Gubernur Tan dan pemerintah Filipina dan semua pihak yang membantu dalam mengamankan pembebasan para sandera," katanya.

Menurut para sandera Tan memang kemudian membawanya  ke rumah sakit militer di kota Jolo untuk pemeriksaan medis rutin sebelum diserahkan kepada para pejabat pemerintah Indonesia.

Bulan lalu, Misuari telah berusaha membebaskan 10 awak kapal tugboat Indonesia diculik oleh Abu Sayyaf di provinsi Tawi-Tawi setelah Kivlan Zein mengimbau MNLF untuk membantu Jakarta dalam membebaskan para sandera. Pelaut yang dibebaskan itu kemudian dibawa anggota MNLF ke kediaman Tan dan kemudian mereka diserahkan kepada pihak yang berwenang. 

Abu Sayyaf - yang berjanji setia dengan kelompok militan Negara Islam - sampai kini masih menahan empat orang sandera, yakni pelaut Malaysia, seorang pria Kanada, manajer resort Norwegia, seorang fotografer Belanda, dan seorang pemburu harta karun Jepang di Filipina selatan.(Laporan dari Ely Dumaboc) (rol)

Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: