
Nusanews.com - Pemerintah dan Badan Urusan Logistik (Bulog) yang hanya mengandalkan solusi operasi pasar atau pasar murah ketika menghadapi harga-harga pangan melonjak sebagai kebijakan yang sesat.
Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta, konsep operasi pasar tidak mungkin bisa menekan harga pangan. Justru sayangnya, konsep itu selalu dijadikan solusi pemerintah selama ini, karena dianggap dapat menurunkan harga.
“Tidak ada dampak operasi pasar itu. Kalau operasi pasar selesai tetap saja harga akan naik lagi. Karena harga di dalam (pasar) itu akan tetap tinggi. Cuma sayangnya, pola pikir sesat itu tetap digunakan,” tegas Tutum saat diskusi di kantor Core Indonesia, Jakarta, Selasa (14/6).
Bahkan kosep operasi pasar itu lucunya digunakan semacam teori, jika operasi pasar dilakukan maka harga pangan akan turun.
“Justru ini diketawain sama pihak luar negeri. Kata mereka Indonesia hebat bisa menurunkan harga dalam sekejap, tapi setelah itu malah naik lagi,” sindirnya.
Padahal, kata Tutum, dirinya dan jajaran Aprindo saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru menjabat sudah mengingatkan ke pemerintah, jangan hanya ke depankan solusi dengan operasi pasar. Tidak akan efektif.
“Kami ini orang lapangan (pedagang). Dan saya bertahun-tahun jualan, tapi tiba-tiba harga cepat naik. Itu kan karena pasokan dan permintaan tidak tercukupi. Kalau kami hanya cari margin saja. Mestinya pemerintah bisa selesaikan itu,” ungkap dia.
Lebih jauh ia menegaskan, pola pikir pemerintah yang sesat ini mestinya harus dapat diatasi. “Istilahnya, penyakit kita kena penyakit dalam semuanya ditempeli koyo. Kalau koyo dicopot akan sakit lagi. Itu bukan solusi,” katanya beranalogi.
Cuma sayangnya, sekalipun tidak efektif, para pejabat seperti menteri masih suka dengan gaya operasi pasar ini.
“Ini hanya cara instan menterinya saja yang mau dipuji atasan (Presiden),” pungkas dia. (akt)