
Nusanews.com - Menteri Tenaga Kerja, Hanif Dhakiri, gagal memberikan penjelasan yang memuaskan terkait membanjirnya tenaga kerja dari Tiongkok ke Tanah Air.
Sempat muncul informasi mengenai jumlah tenaga kerja dari negeri tirai bambu tersebut yang diperkirakan mencapai 10 juta orang. Namun, isu tersebut segera dibantah pemerintah.
"Angka 10 juta memang bisa diperdebatkan. Tapi jumlah itu bisa saja terjadi dalam beberapa tahun ke depan sejalan dengan kian membesarnya pinjaman proyek dan 'investasi' Tiongkok di negeri kita," ujar politikus dan pakar hukum, Yusril Ihza Mahendra, dalam keterangan persnya, Senin (18/7).
Untuk dapat mengetahui secara pasti berapa jumlah pekerja Tiongkok yang sudah ada di Indonesia, Yusril meminta Menteri Hanif melakukan razia pekerja sampai ke hutan-hutan di Kalimantan Selatan.
Namun, menurut dia, persoalannya bukan soal jumlah melainkan masalah kesempatan kerja rakyat Indonesia yang dirampas pekerja asing. Pinjaman dan "investasi" Tiongkok akhirnya hanya untuk menciptakan lapangan kerja buat rakyatnya, sementara rakyat negeri sendiri tak mendapat manfaat apa-apa.
"Masalah pekerja Tiongkok di negara kita ini terkait dengan kebijakan bebas visa bagi warga mereka, sehingga kedatangan mereka tidak bisa dibendung. Sementara warga kita harus dapat visa untuk datang ke Tiongkok, kecuali Hong Kong dan Macau. TKI di Hong Kong dan Tiongkok dengan mudah dapat dibedakan dari warga lokal,” jelasnya
Menurut dia, dampak kehadiran pekerja Tiongkok tidak bisa dipandang sederhana, karena bersentuhan langsung dengan aspek keamanan, sosial dan ekonomi negara sekarang dan masa depan.
Yusril juga mempertanyakan alasan pekerja asal Tiongkok menyerbu Indonesia. Pasalnya, ada informasi menyebutkan bahwa upah kerja di negara mereka sendiri sebetulnya lebih mahal ketimbang di Indonesia.
"Sangat mengherankan. Biasanya, orang mau bekerja di luar negeri kalau upahnya lebih mahal dari negaranya sendiri. Kalau memang upah di negara kita lebih murah, dan mereka amai-ramai datang bekerja di sini, kita patut bertanya apa maksud sesungguhnya," kata Yusril. (rm)