logo
×

Rabu, 27 Juli 2016

Pekerja China Meroket, HIPMI: Ini Penghinaan Bagi Bangsa! Klaim Menaker Omong Kosong!

Pekerja China Meroket, HIPMI: Ini Penghinaan Bagi Bangsa! Klaim Menaker Omong Kosong!

Nusanews.com - Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI) Bahlil Lahadalia mengatakan, membanjirnya pekerja asing asal China akan membawa dampak buruk bagi negara ini, seperti kecemburuan sosial. Memblukdaknya pekerja China di Tanah Air itu dianggap HIPMI sebagai penghinaan bagi bangsa.

“Ini adalah negara Republik Indonesia, bukan salah satu provinsi dari China," ungkap Bahlil, Selasa (26/7/2016).

Menurut dia, dampak yang ditimbulkan akibat kehadiran pekerja kasar asing asal Chia akan menimbulkan kecemburuan sosial yang dapat meledak menjadi konflik sosial. Pekerja asing juga dinilai akan merusak budaya bangsa Indonesia.

"Kita punya rasa malu, punya budaya bersih. Sedangkan pekerja China di Lebak, Banten, malah buang kotoran sembarangan. Mereka juga tidak menghargai masyarakat lokal. Hal inilah yang akan menjadi pemicu konflik sosial sangat serius bila tidak segera ditata dengan baik,” tegas Bahlil.

Atas kejadian tersebut, Bahlil mengaku heran dengan Menaker yang menyanggah keberadaan pekerja asal negeri Tirai Bambu tersebut di sektor infrastruktur.

"Memang, pekerja China tidak sampai sepuluh juta. Tetapi, pekerja China bukan hanya mempunyai skill khusus, tapi bahkan pekerja kasar pun diboyong dari sana. Ini merupakan penghinaan bagi bangsa dan negara," ujarnya.

Oleh karena itu, Bahlil pun menantang Menaker yang hanya percaya pada data formal tanpa mau melakukan ricek lokasi. Menaker, kata dia, seharusnya malu dan mengundurkan diri lantaran tidak mampu menjaga dan melindungi tenaga kerja Indonesia.

"Menaker harus mampu mendeteksi berapa jumlah pekerja China yang memakai visa turis dan overstay. Fakta ini tidak terberitakan. Klaim Menaker akan ada alih ketrampilan dengan kehadiran pekerja asing hanyalah omong kosong,” kritik Bahlil.

Bahlil menuding Menaker tidak punya kepekaan dan kepedulian terhadap nasib pekerja lokal. Karena itu, Bahlil mengajak semua pihak untuk mengawasi pergerakan pekerja China.

“Dalam konteks politik ke depan, kita tidak boleh mengabaikan keberadaan pekerja China di Indonesia hanya semata-mata bekerja. Menaker berdalih mereka bekerja hanya enam bulan. Tapi, siapa yang bisa menjamin? Di Monokwari, mereka sudah mukim satu tahun lebih untuk membangun pabrik semen. Belum lagi di Kalimantan, Sulawesi, Banten," tandasnya. (rn)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: