
Nusanews.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla telah kembali ke tanah air setelah melakukan serangkaian kunjungan kerja dari Venezuela sampai Amerika Serikat. Agenda utama JK ke dua negara itu adalah untuk menghadiri KTT ke-17 Gerakan Non Blok dan Sidang Umum ke-71 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Wapres JK didampingi oleh Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dalam kunjungan kerja tersebut. Ada sejumlah kesepakatan bilateral sampai multilateral yang telah dicapai.
KTT ke-17 GNB dihelat di Hugo Chaves Convention Center, Pulau Margarita, Venezuela, Sabtu (17/9/2016). Ada 21 poin yang disepakati pada konferensi tersebut, tetapi Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya tak menyepakati satu paragraf tentang Laut China Selatan.
"Ada satu paragraf mengenai situasi Asia Tenggara, di mana 10 negara ASEAN menyampaikan reservasinya. Jadi tidak menggabungkan diri, tidak setuju dengan paragrap tersebut, karena dinilai paragraf tersebut tidak menghormati prinsip-prinsip yang dianut ASEAN sekarang ini," kata Menlu Retno LP Marsudi di sela Sidang Umum di Markas PBB, 46th street & 1st avenue, New York, Amerika Serikat, Senin waktu setempat (19/9).
Indonesia juga terus menggalang dukungan untuk kemerdekaan Palestina dalam pertemuan tersebut. Isu itu juga menjadi perhatian negara-negara Non-Blok sehingga dimasukan dalam poin kesembilan, mereka menganggap Israel telah mengokupasi wilayah teritorial Palestina yang kemudian menekan PBB untuk mengambil sikap.
Wapres JK dalam pernyataannya kepada wartawan menyebut permasalahan di Palestina juga harus diselesaikan secara internal. Kubu Fatah dan Hamas yang ada di Palestina harus satu tujuan.
"Kita harus beri tekanan yang lebih kepada Israel," kata Retno saat ditemui wartawan di Hotel Wyndham, Pulau Margarita, Venezuela, Jumat (16/9).
Di sela-sela agenda tersebut JK juga melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Iran Rouhani dan Venezuela Nicolas Maduro. JK dan Rouhani membahas kerja sama ekonomi termasuk pasokan LPG dari Iran dan pengembangan studi sumur minyak oleh Pertamina di sana.
JK dan Rouhani juga sepakat untuk mendukung Palestina. Kedua negara akan sama-sama menjaga perdamaian dunia. Selanjutnya dengan Maduro, JK dimintai dukungan untuk menstabilisasi harga minyak yakni dengan membatasi produksi. JK kemudian meminta dukungan Venezuela agar RI terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Berlanjut ke kunjungan ke New York, Amerika Serikat, JK berpidato dalam General Debate Sidang Umum PBB dan sejumlah forum di dalamnya. Selain itu JK juga melakukan pertemuan dengan para investor restorasi lahan gambut, pengusaha AS, hingga menjadi pembicara di Asian Society.
JK bersama Delegasi Indonesia lainnya juga menggelar malam resepsi penggalangan dukungan agar RI menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Pada malam tersebut, Kamis (22/9) Menlu Retno memberi sambutan dan menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara yang toleran terhadap perbedaan.
"Untuk countering radikalism, terrorism, kita sering diajak. Banyak aset-aset kita yang dapat mendukung pencalonan kita. Ke depan kita akan lebih aktif," ungkap Retno.
Di sela Sidang Umum PBB juga ada agenda Global Counter-Terrorism Forum yang dihadiri oleh Retno dan Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius. Di pertemuan itu Indonesia membanggakan soft approach yang efektif melawan terorisme. Soft approach juga bisa disandingkan dengan hard approach.
"Program deradikalisasi, kontra-radikalisasi dan kontra-ideologi supaya mereduksi radikalisme yang ada di Indonesia. Kita libatkan 17 kementerian yang kita pimpin dengan BNPT sebagai leading sector. Tapi yang punya akses langsung ke menteri, kita lihat daerah-daerah yang produktif mana sasarannya karena akarnya kan banyak sekali," tutur Suhardi di New York.
Pada General Debate, Jumat (23/9) JK menyampaikan tentang pentingnya reformasi PBB. Menurutnya PBB harus netral, tidak sarat akan kepentingan.
"Terlalu banyak keputusan PBB yang tak sesuai dengan kebutuhan di lapangan," sebut JK.
Pertemuan bilateral juga dilakukan oleh Menlu Retno. Menurut JK, pertemuan diplomatik memiliki efek jangka panjang yang manfaatnya akan terasa di masa mendatang.
"Diplomasi itu jangka panjang hasilnya, tidak hari ini bicara langsung kelihatan hasilnya. Tapi ialah menjaga sinergi, menjaga koordinasi, menjaga (dan) memperlihatkan sikap dan juga tentu memberikan partisipasi dalam konstalasi keamanan, perdamaian dunia dan juga bagaimana menjaga kepentingan Indonesia," tutur Wapres JK sebelum meninggalkan New York. (dtk)