Nusanews.com - Tak kurang dari Mahfud MD, Hasyim Muzadi hingga Akbar Faizal yang mengingatkan, tetapi Marwah Daud PhD tetap memuja dan membela "beliau" Sri Raja Prabu Rajasa Nagara alias tersangka penipu dan pembunuh Taat Pribadi.
Dengan ilmu dan kearifan yang mereka miliki, tokoh-tokoh penting tersebut menyimpulkan bahwa Taat tak lebih dari penipu murahan, penganut ajaran setan, dan pria kurang ajar yang memakai maskara.
Hal tersebut mengemuka dalam acara talk show televisi Indonesia Lawyers Club yang dipandu Karni Ilyas, yang juga menghadirkan petinggi Majelis Ulama Indonesia, Muhammadiyah, anggota DPR, pakar metafisika, polisi dan yang paling berkepentingan yaitu istri dari dua korban pembunuhan -- mendiang Abdul Gani dan Ismail Hidayah, Selasa (4/10) malam hingga Rabu dinihari.
Bisa Menghilang
Di awal acara salah satu janda korban menunjukkan barang-barang peninggalan suaminya yang akan membuat tersenyum geli siapa saja yang berakal sehat -- tak perlu gelar PhD.
Benda-benda yang disebutkan diperoleh dari Taat itu misalnya pulpen yang katanya bisa membuat orang menguasai tujuh bahasa tanpa belajar, boneka macan yang membuat pemiliknya bisa menghilang, sabuk merah yang membuat pemakainya lebih kuat berhadapan dengan musuh, dan sebagainya.
Bahkan wanita itu pun sempat tersenyum ketika memaparkan kegunaan masing-masing benda yang dia simpan untuk barang bukti kepolisian, melupakan sejenak kesedihan karena ditinggal sang suami.
Di pihaknya, Marwah juga punya barang bukti berupa sebuah rekaman video yang menurutnya eksklusif, hanya dia yang punya dan selalu disimpan menunggu momen seperti ini. Namun ketika semua orang berharap video ini istimewa, isinya ternyata tak jauh berbeda dengan video-video Taat lainnya yang telah banyak beredar di YouTube.
Di situ terlihat Taat yang mengenakan jubah hitam besar longgar duduk di kursi dan adegan berikutnya bisa ditebak: dia menghambur-hamburkan perhiasan dan uang ke lantai setelah merogoh dengan dua tangan ke balik bokongnya. Marwah menunjukkan di video itu uang dalam denominasi asing seperti dolar Amerika atau rupee India, seperti tidak tahu bahwa untuk mendapatkan mata uang asing cukup beli di money changer saja.
Dia tidak sendirian, ada politisi sekaligus paranormal yang mengaku ahli Kejawen, Permadi, yang menyebut Taat sebagai satria piningit, orang terpilih.
Ada juga politisi Partai Demokrat Benny Harman yang mengatakan para santri di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi menemukan kedamaian, dan melontarkan isu bahwa Taat beberapa kali ke istana negara menjadi tamu "Yang Mulia Presiden Jokowi".
Penipu!
Politisi Partai Nasdem Akbar Faizal adalah orang pertama yang bicara rasional dalam acara di TV One tersebut.
Dia sudah berkunjung ke padepokan Dimas, bukan hanya melihat sendiri jubah hitam Taat, tapi malah memakainya. Jubah itu punya banyak kantong besar yang "bisa kalau cuma dipakai menyimpan uang Rp 50 juta", kata Faizal, yang berdarah Bugis seperti halnya Marwah.
Akbar menunjukkan lembaran uang monopoli, uang palsu, batangan emas palsu yang dia peroleh dari padepokan dan juga dari janda korban.
Kesimpulan dia: "Taat ini tak lebih dari seorang penipu."
Kurang Ajar!
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD tak membuang waktu untuk menumpahkan kekesalannya pada Marwah dan terutama Taat. Dia memang pernah bertemu pria itu di Probolinggo karena diajak Marwah dan penasaran bahwa ada padepokan di Jawa Timur yang memiliki lebih dari 10.000 santri namun tidak pernah didengarnya.
Harapannya untuk bertemu seorang kyai besar berubah menjadi rasa heran setelah bertemu Taat langsung.
"Tampangnya kok bukan seperti kyai, pakai celak (maskara) segala. Pengetahuan agamanya juga rendah," kata Mahfud.
Tak lama kemudian rasa heran itu berubah menjadi rasa kesal luar biasa pada Taat.
"Dia ini kurang ajar, dia pidato dan bilang 'ini Mahfud MD santri saya'. Kenal juga belum setengah jam," ujarnya.
Lalu dia menyinggung Marwah yang sebelum ini selalu berkata bahwa keajaiban memang bisa terjadi menurut agama, karena di jaman Nabi Sulaeman istana bisa dipindahkan, apalagi cuma uang dan perhiasan.
Mahfud dengan emosi mengecam Marwah yang memakai nama Nabi untuk pembenaran aksi Taat -- atau ilmunya mendatangkan uang.
Aksi Taat itu sama sekali tidak mencerminkan sikap Nabi, "Kalau bagi saya ini pasti dari setan," kata Mahfud.
Indikasi Marwah Terlibat
Juanidi, pria yang mengaku korban penipuan Taat dan sempat diancam untuk dibunuh, menuding Marwah sebagai salah seorang tokoh kunci komplotan Taat. Marwah adalah Ketua Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Menurut Junaidi, tidak mungkin sebagai ketua yayasan Marwah "tidak tahu" atau "tidak menikmati" uang mahar yang dikumpulkan Taat dari para korbannya.
Namun bahkan dengan kehadiran Juanidi dan khususnya dua janda korban itu Marwah bergeming, dan tetap membela "beliau" sebagai orang yang "dahsyat" dan "aset bangsa" karena bisa memindahkan materi dengan cara yang ghaib.
Bagaimana seorang doktor lulusan Amerika bisa begitu takjub dengan trik jubah longgar dan merogoh ke balik bokong ini, seperti tidak pernah mendengar adanya ilusionis yang jauh lebih hebat lagi?
Karni Ilyas rupanya membaca rasa penasaran penonton, dan melontarkan pertanyaan ke Marwah: "Bukankah ada David Copperfield yang bisa menembus tembok China?"
Tak paham maksud sindiran Karni, Marwah menjawab: "Iya betul, Allah memberikan ilmunya."
Sampai-sampai mantan ketua PB Nahdlatul Ulama Hasyim Muzadi mengingatkan Marwah sebagai Muslimah bahwa ilmu apapun kalau digunakan untuk mendapat harta tanpa bekerja pasti datangnya dari setan.
Bukannya sadar, Marwah justru berdebat dengan kyai intelek yang jauh lebih senior itu.
Satu-satunya hal yang bisa menyadarkan Marwah mungkin adalah tindakan kepolisian. (bs)