NUSANEWS - Pengamanan berlapis yang dilakukan kepolisian saat pasangan calon Basuki T. Purnama (Ahok) dan Djarot Saeful Hidayat melakukan kunjungan politik, membuat sebagian masyarakat menganggap kepolisian ‘mengistimewakan’ pasangan petahana tersebut.
Menanggapi hal ini, Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Boy Rafli Amar menuturkan pengamanan tersebut memang disesuaikan dengan kondisi dan situasi di lapangan.
“Ya disesuaikanlah, kalau ancamannya cukup mengkhawatirkan, pasti lebih dari standar yang ada,” ujar Boy saat mendampingi Kapolri Tito Karnavian mengisi seminar di Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat, Sabtu (12/11/2016).
Jenderal bintang dua ini berharap massa tidak melakukan aksi anarkis saat kunjungan politik calon petahana di wilayahnya karena itu merupakan kesempatan pasangan Ahok-Djarot melakukan hak politiknya.
“Kan hak politik orang untuk melakukan pilkada harus diberi kesempatan. Ya enggak bolehlah melakukan tindakan yang sifatnya membahayakan,” imbau mantan Kabid Humas Polda Metro ini.
Selain itu, ia pun menjelaskan bila tak semua bentuk penolakan yang dilakukan warga bisa dipidanakan.
“Dilihat dulu penolakannya seperti apa, kalau tidak masuk delik pidana ya tidak bisa (dipidanakan). Tapi yang penting tidak melakukan aksi penyerangan, melukai orang lain, apalagi ke pasangan calon,” pungkas Boy.
Sekadar informasi, kunjungan politik pasangan Ahok-Djarot memang selalu mendapatkan pengamanan ekstra ketat. Sekitar dua peleton anggota kepolisian berseragam dengan senjata lengkap selalu bersiaga jika terjadi kerusuhan lantaran warga menolak kedatangan mereka. (kr)