
NUSANEWS - Basuki Tjahaja Purnama dinilai menjadi tiket gratis bagi PDI Perjuangan untuk mendapatkan kursi Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022. Meskipun saat kampanye terjadi penolakan, elektabilitas cagub inkumben ini masih tertinggi dan berpeluang terpilih kembali.
Namun, penolakan itu bisa menjadi alasan untuk melengserkan Ahok diperiode selanjutnya. Itung-itungan politiknya, jika Ahok lengser tentu saja wakilnya Djarot Saiful Hidayat yang secara otomatis naik sebagai gubernur.
"PDI Perjuangan seperti dapat durian runtuh dari situasi sekarang ini," kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin kepada redaksi, Senin (14/11).
Makanya, sambung dia, PDI Perjuangan tidak begitu mati-matian membela AHok menghadapi warga yang menolak. "Ini masalah waktu aja, PDIP cerdik dan bisa mengambil keuntungan dari situasi yang ada," ujarnya.
Ujang mengungkapkan, soal strategi PDI Perjuangan ini bisa dibaca dari pengalaman di Banten. Saat itu, kasus korupsi yang menjerat Ratu Atut Choisiyah akhirnya berhasil menjadikan kader PDI Perjuangan Rano Karno sebagai gubernur.
"Saya kok melihatnya PDIP seolah hanya terus memoles Djarot, sedang Ahok terjerembab dibiarkan, jangan-jangan mau di-Atut-kan. Tapi yang jelas PDIP jadi dapat durian runtuh kalau Ahok mundur atau dimundurkan (berhalangan tetap),” ujarnya.
Terlebih, dari awal pencalonan sangat jelas terlihat PDI Perjuangan memang terlihat sangat berambisi menginginkan kadernya sebagai gubernur DKI Jakarta. Dan, penolakan warga ini bisa menjadi alasan bagi PDI Perjuangan untuk menjungkalkan Ahok jika kelak terpilih lagi.
"Itungan politis mereka mungkin Ahok tak akan bertahan lama dengan serangan ketidaksukaan masyarakat kepadanya. Dari inilah kemudian akan dibuat skenario untuk melengserkan Ahok dan menaikkan Djarot," tegasnya.
Ahok dalam suatu kesempatan pernah mengakui ada pihak yang mendorongnya untuk mundur dari pencalonan, karena dianggap akan terus membuat suasana tidak kondusif.
Ahok menekankan, dia tidak akan mundur dari pencalonan gubernur. Dia dengan tegas mengatakan, lebih baik menjadi tersangka dan dipenjara dibanding mundur dari pilkada.
Ahok menyebut kasus dugaan penistaan agama menjadi momen beberapa pihak untuk menurunkannya dari posisi gubernur. (rmol)

