logo
×

Selasa, 21 Maret 2017

Direktur FBI Ungkap Penyelidikan Keterlibatan Rusia dalam Pemilu AS

Direktur FBI Ungkap Penyelidikan Keterlibatan Rusia dalam Pemilu AS
Direktur FBI James Comey memberikan keterangan di hadapan Komite Intelijen DPR AS dalam sidang yang membahas soal campur tangan Rusia dalam Pilpres AS 2016, di Gedung Capitol, Washington, 20 Maret 2017. (AP Photo/J. Scott Applewhite)
IDNUSA, WASHINGTON, D.C. - Kontroversi mengenai tuduhan Presiden Trump bahwa Presiden Obama menyadapnya selama pemilu 2016 berubah arah hari Senin (20/3), setelah Direktur FBI James Comey membantah cuitan Presiden Trump dan mengungkapkan adanya penyelidikan FBI yang selama ini sudah diduga terkait campur tangan Rusia selama pemilu. Hal ini terungkap dalam sidang umum pertama Komite Intelijen DPR mengenai masalah tersebut.

Akhirnya Direktur FBI James Comey mengukuhkan dugaan selama ini tentang penyelidikan terhadap Rusia.

"FBI, sebagai bagian dari misi kontra-intelijen kita, sedang menyelidiki upaya pemerintah Rusia untuk campur tangan dalam pemilihan presiden 2016."

Pada kesempatan pertama bersaksi di hadapan publik, Direktur FBI James Comey mengumumkan penyelidikan yang termasuk diantaranya kaitan yang mungkin antara Rusia dan kubu kampanye Trump.

"Ini juga akan mencakup penilaian apakah kejahatan dilakukan. Karena itu adalah investigasi terbuka yang sedang berlangsung dan bersifat rahasia, saya tidak bisa mengatakan lebih lanjut tentang apa yang kami lakukan," lanjutnya.

Walapun masih perlu waktu lama untuk mengungkapkan rincian penyelidikan itu, Comey bisa mengkonfirmasi tidak ada bukti untuk tuduhan penyadapan elektronik yang dilontarkan Presiden lewat Tweeter.

"Saya tidak memiliki informasi yang mendukung cuitan itu. Dan kami telah mencari dengan seksama di dalam FBI," kata Comey.

Fakta itu membuat anggota komite dari Partai Demokrat bersemangat memastikannya.

Adam Schiff, anggota DPR dari Fraksi Demokrat mengatakan, "Jadi Presiden Obama tidak bisa secara sepihak memerintahkan penyadapan terhadap siapa pun?"

"Tidak ada presiden yang bisa."

Tapi jawaban itu tidak memuaskan Partai Republik dan tetap menyuarakan niatnya untuk melanjutkan penyelidikan terhadap pemantauan selama kampanye 2016.

Anggota DPR dari Fraksi Republik Devin Nunes mengatakan, "Masih mungkin bahwa kegiatan pemantauan lainnya digunakan terhadap Presiden Trump dan rekan-rekannya."

Pembocoran rahasia yang mengungkapkan hal itu beberapa bulan kemudian juga menjadi perhatian. Anggota DPR dari Fraksi Republik Peter King mengatakan, "Kejahatan dilakukan oleh orang-orang pemerintah dengan membocorkan informasi, jadi pasti kejahatan telah dilakukan. Saya pikir Presiden mengabaikan itu dengan berbicara tentang penyadapan."

Kebocoran adalah kisah nyata saat ini, kata Presiden melalui Twitter beberapa jam sebelum sidang. Dan inimembuat Partai Republik hanya bicara sedikit mengenai campur tangan asing dan lebih banyak tentang media berita yang melaporkan informasi rahasia di AS.

Anggota DPR dari Fraksi Republik Trey Gowdy mengatakan, "Bagaimana seorang reporter tahu tentang keberadaan telepon yang disadap?"

Sidang terbuka pertama mengenai penyelidikan FBI yang telah berlangsung sejak Oktober lalu ini mengungkapkan ketidaksepahaman antara Partai Republik dan Partai Demokrat.

"Saya berharap Presiden meminta maaf tidak hanya kepada Presiden Obama yang dia fitnah, tetapi juga kepada rakyat Amerika karena mengarahkan kita pada penyelidikan sia-sia ini," kata anggota DPR dari Fraksi Demokrat Adam Schiff.

Pencarian bukti-bukti akan dilanjutkan minggu depan selama sidang terbuka Komite Intelijen yang kedua. (voa)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: