logo
×

Sabtu, 01 April 2017

Pernah di Garansindo, Wiranto Tak Tahu Kredit Macet Rp 1,2 Triliun

Pernah di Garansindo, Wiranto Tak Tahu Kredit Macet Rp 1,2 Triliun

IDNUSA, JAKARTA - Nama Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto turut disebut-sebut dalam kasus kredit macet Grup Garansindo di Bank Permata sekitar Rp 1,24 triliun. Penyebabnya, purnawirawan jenderal ini pernah menjadi Wakil Komisaris Utama di perusahaan importir kendaraan kelas atas tersebut.

Wiranto tak membantah keterlibatannya di Garansindo. Namun, dia mengaku, saat ini sudah tidak memangku jabatan wakil komisaris utama di perusahaan itu. "Sudah lama itu, saya sudah keluar, itu (informasi) hoax lagi," katanya saat ditemui di kompleks Istana Negara, Jakarta, Kamis (30/3).

Tapi, dia tidak memberitahukan sejak kapan telah menanggalkan jabatannya di Garansindo. "Keluar sudah lama, saya tidak lagi terdaftar di situ," katanya. Wiranto pun mempertanyakan munculnya berita keterlibatannya di Garansindo saat ini.

Ia juga tidak mengetahui kondisi perusahaan saat ini, termasuk adanya kredit Garansindo yang macet di Bank Permata. "Saya tidak mengerti, wong saya sudah keluar," katanya.

Pada medio 2015, seperti dikutip dari detikoto.com, beberapa nama mentereng menghiasi jajaran komisaris Garansindo Global Corpora, yang merupakan induk usaha Grup Garansindo. Selain Wiranto, mantan Menteri Perindustrian Fahmi Idris menjabat sebagai Komisaris Utama. Ada pula mantan jenderal polisi Anton Bachrul Alam dan mantan pejabat Kementerian Perindustrian sebagai komisaris perusahaan tersebut.

Wiranto dan Fahmi Idris juga menjadi pemegang saham di PT Garansindo Inter Global. Hal ini terekam dalam situs keanggotaan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang terakhir diperbarui pada 9 Mei 2016.

Adapun, dalam salinan dokumen profil perusahaan PT Garansindo Global Corpora di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum, Kementerian Hukum dan HAM, memang tidak tercantum nama Wiranto dan Fahmi Idris.

Perusahaan dengan modal dasar Rp 500 miliar ini merupakan importir dan agen pemegang merek (APM) mobil dan motor kelas atas asal Eropa dan Amerika Serikat. Beberapa di antaranya, yaitu Fiat, Alfa Romeo, Chrysler, Jeep, dan Dodge. Selain itu, kendaraan roda dua Ducati, Italjet, dan Peugeot Scooters.

Sumber Katadata di perbankan menyatakan, Grup Garansindo memiliki kredit macet di Bank Permata mencapai Rp 1,24 triliun. Kredit itu dikucurkan sekitar empat tahun lalu. “Debitor kredit macet terbesar Bank Permata adalah Garansindo yang macet sejak tahun lalu,” katanya, pekan lalu.

Sedangkan sumber lain mengungkapkan, upaya penagihan atas kredit macet itu dilakukan Bank Permata secara gencar. Proses negosiasi dengan Garansindo juga kerap dilakukan. Namun, hingga kini, upaya-upaya itu belum membuahkan hasil. “Bank sudah capek menagihnya,” ujarnya.

Kredit macet ini langsung memukul kinerja keuangan Bank Permata. Rasio kredit seret atau Non Performing Loan (NPL) bank swasta milik Grup Astra dan Standard Chartered Bank ini langsung melejit menjadi 8,8 persen per akhir 2016, dari cuma 2,7 persen pada 2015. Imbasnya, bank menderita rugi bersih Rp 6,48 triliun tahun lalu, yang tercatat merupakan kerugian terbesar perbankan di Indonesia.

Direktur Utama Bank Permata Ridha M. Wirakusumah menyatakan, pihaknya menempuh berbagai upaya untuk menekan rasio kredit seret. Salah satunya adalah restrukturisasi kredit dan melikuidasi agunan kredit macet.

Sejauh ini, dia mengaku, perkembangan restrukturisasi kredit macet berjalan baik. Namun, dia enggan menjelaskan penanganan kredit macet Grup Garansindo. "Kalau soal spesifik nama (debitur), sebagai bank kan ada UU kerahasiaan bank. Jadi tidak bisa komentar," katanya usai Rapat Umum Pemegang Saham Bank Permata di Jakarta, Rabu lalu (29/3).

Yang jelas, menurut dia, pembengkakan kredit seret tersebut lantaran berbagai sebab. Ada debitur yang tidak bisa membayar, namun ada juga yang tidak mau membayar. "Tapi itu kami jalani semua," ujar Ridha. Manajemen Bank Permata pun melakukan restrukturisasi kredit untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Ridha mengklaim upaya manajemen untuk menekan rasio kredit seret sudah berbuah hasil. NPL gross Bank Permata turun ke kisaran 6 persen daripada tahun lalu yang mencapai 8,8 persen.

Menurut dia, perusahaan menargetkan NPL gross bisa berada di bawah level 5 persen pada akhir tahun ini. “Kami secara aktif lakukan restrukturisasi. Harapannya, akhir tahun ya harus di bawah 5 persen lah gross-nya. Sekarang sudah sekitar 6 persenan,” ujarnya.

Kinerja keuangan Bank Permata pun mulai membaik. Sepanjang Januari-Februari lalu, bank ini meraup laba Rp 214 miliar. Bandingkan dengan perolehan pada kuartal I tahun lalu yang mencatatkan kerugian bersih Rp 376 miliar. (kd)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: