logo
×

Rabu, 03 Mei 2017

Ini Kehebatan Senjata Skyshield Indonesia yang Ditakuti Tiongkok

Ini Kehebatan Senjata Skyshield Indonesia yang Ditakuti Tiongkok

NUSANEWS, JAKARTA - Semakin memanasnya kondisi Laut China Selatan membuat Indonesia berencana menggunakan sistem rudal pertahanan udara Oerlikon Skyshield di kawasan Kepulauan Natuna, Laut China Selatan, untuk melindungi wilayah NKRI.

Skyshield merupakan sistem pertahanan yang mengacu pada konsep SHORAD (short range air defence system) yang berarti, jangkauan senjata ini masih tergolong rendah. Namun sistem ini memiliki kemampuan deteksi radar dan mampu dihubungkan antar unit untuk membentuk satu sistem jaringan pertahanan.

Skyshield mengusung jenis kanon Oerlikon Contraves 35/1000 kaliber 35 mm L79 GDF-007 yang mampu mengenai sasaran berupa helikopter, jet tempur yang terbang rendah, sampai rudal jelajah.

Memiliki laras tunggal dan putaran tembakan 1.000 per menit dengan kecepatan tembak proyektil hingga 1.440 meter per detik dengan jangkauan efektif hingga 4 kilometer. Amunisi Skyshield menggunakan AHEAD (Advanced Hit Energy & Destruction) yang merupakan peluru tipe airbursting atau pecah di udara.

Tipe peluru ini mempunyai dua varian, yaitu ADV (Air Defence Variant) dan IFV. Pada amunisi ADV, pada setiap ujungnya menyimpan 152 sub proyektil atau pellet berbahan tungsten yang setiap pellet memiliki bobot 3,3 gram yang akan menyebar ketika amunisi pecah di udara dan akan mudah menembus bodi alumunium pesawat tempur, helikopter, hingga rudal.

Skyshield akan masih tetap bisa beroperasi walaupun salah satu SFCU dihancurkan musuh

Sistem Skyshield ini menggunakan tiga unit SFCU (Skyshield Fire Control Unit). Komponennya terdiri dari dua kubah kanon Skyshield 35 mm, satu sensor/radar, dan satu command post (CP) yang independen. Konfigurasi ini memungkinkan cakupan radar yang saling berpotongan, alhasil menambah poin keunggulan ketahahan sistem senjata dari jamming. Jad jaringan Skyshield akan masih tetap bisa beroperasi walaupun salah satu SFCU dihancurkan musuh.

Mendeteksi sasaran sekelas jet tempur F-16 dalam radius 20 -25 kilometer

Kemampuan menjejak sasaran terbagi dalam dua radius yakni 12 kilometer untuk elevasi -5 sampai 70 derajat, atau 20 kilometer untuk elevasi -5 sampai 42 derajat. Kemampuan deteksi pada sasaran dengan RCS (radar cross section) sekelas jet tempur F-16 yakni 20 -25 kilometer meski akan sangat tergantung kondisi cuaca. Sementara untuk deteksi jenis rudal dimulai pada jarak 10 kilometer.

Selain bekal sistem radar, SFCU juga masih dilengkapi dengan sistem elektro optik untuk mengindentifikasi setiap sasaran. Sistem elektro optik ini terdiri dari kamera infra merah, kamera TV, laser range finder, dan distance measuring device. Kelebihannya SFCU akan memiliki backup penjejak ketika mendapat jamming lawan. (ar)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: