
NUSANEWS - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumatera Utara, Mulia Banurea diculik sejumlah orang bersenjata laras panjang. Para penculik bahkan menembak salah seorang petugas yang mengawal Mulia.
Penculikan itu bermula saat Mulia baru saja keluar dari kantornya dengan menggunakan mobil dinas yang dikawal sejumlah petugas. Tak jauh dari kantornya, pengawal Mulia sadar bahwa mobil mereka diikuti mobil lain.
Berangkat dari kecurigaan itu, sopir mobil Mulia kemudian melakukan manuver zig-zag untuk mengecoh mobil yang membuntuti mereka. Namun belakangan, dari mobil tersebut terdengar suara tembakan yang membuat mobil yang ditumpangi Mulia, terpaksa berhenti.
Begitu mobil berhenti, sejumlah orang berbadan tegap dan bertopeng kemudian terlihat dari mobil yang membuntuti tersebut. Mereka mendekati mobil dan menodongkan senjata laras panjang ke arah mobil.

Dengan sigap pengawal Mulia keluar dari mobil dan melakukan penyerangan. Mereka sempat terlibat baku pukul sebelum satu tembakan merobohkan sang pengawal. Para pria berbadan tegap itu kemudian mengeluarkan Mulia dari mobil dan menggiring Mulia ke mobil mereka. Mulia kemudian disekap dalam satu bangunan dengan penjagaan ketat para penculik.
Polisi yang mendengar informasi penculikan itu langsung melakukan operasi pembebasan. Polisi sudah menerima informasi keberadaan Ketua KPU dari intelijen di lapangan. Mereka langsung menggeruduk bangunan itu. Beberapa personel Brigade Mobil tampak turun dari helikopter.
Meski sudah terkepung, para penculik tidak gentar. Mereka malah menembak kaki Mulia. Para penculik meminta tebusan sebesar Rp5 miliar untuk ditukar dengan Mulia. Selang beberapa saat, tebusan uang itu langsung datang dibawa menggunakan mobil.
Setelah para penculik memegan tas tersebut, tiba-tiba terdengar tembakan dan mereka langsung roboh. Ternyata sudah ada dua penembak jitu yang disiagakan jauh dari lokasi penyekapan. Polisi kemudian merangsek masuk ke bangunan itu dan melumpuhkan para penculik.
Mulia pun diselamatkan dengan luka tembak di bagian kaki. Ambulans yang bersiaga langsung mengevakuasi Mulia ke rumah sakit terdekat. Beberapa petugas lain tampak memasukkan jenazah penculik ke kantung mayat. Operasi penyelamatan berhasil dilakukan oleh kepolisian.
Namun semua aksi itu bukanlah kejadian sebenarnya. Peristiwa itu merupakan bagian dari Simulasi Sistem Pengamanan Kota yang digelar untuk pengamanan Pilkada Serentak 2018 mendatang. Simulasi tersebut digelar oleh Polda Sumut di areal Lapangan Udara (Lanud) Soewondo, Polonia, Medan, Kamis (8/2/2018).
Kapolda Sumut Irjen Paulus Waterpauw mengatakan, Simulasi ini dilakukan untuk mempersiapkan personelnya dalam menghadapi ancaman serupa.
"Berkaitan dengan proses keamanan yang kita lakukan, kerawanan ini dimulai pada kegiatan aktifitas kampanye. Tim pemenangan yang akan menggelar kampanye akan jadi atensi kami. Kedua, tentu penyelenggara sendiri. Karena penyelenggara ini adalah pihak yang rentan mendapat intimidasi dan kekerasan," kata Paulus.

Selain skenario penculikan ketua KPU, polisi juga melakukan skenario lainnya. Misalnya penanganan massa yang ricuh saat unjuk rasa di KPU Sumut. Bahkan polisi juga sudah siap jika ada ancaman bom terjadi saat gelaran Pilkada.
“Kita tidak ingin kebobolan dalam pelaksanaan Pilkada serentak ini. Sehingga kita benar-benar mempersiapkan diri dari seluruh kemungkinan gangguan keamanan yang ada,” tandas Paulus.
SUMBER