
NUSANEWS - Banyaknya gonjang ganjing mulai dari lemahnya perekonomian Indonesia, perpanjangan Kontrak Karya PT Freeport sebelum waktunya, pembelian senjata ilegal yang dilontarkan Panglima TNI Gatot Nurmantyo, hingga lemahnya penegakan hukum membuat tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) kian menurun.
Pengamat politik yang juga peneliti senior dari Network for South East Asian Studies (NSEAS) Muchtar Effendi Harahap menilai Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang menjadi sesuatu yang menarik untuk dinantikan. Pasalnya, semua calon yang akan maju sebagai Presiden memiliki peluang yang besar.
“Saat Pilpres berlangsung, pasangan Capres dukungan parpol di luar Jokowi akan mendapatkan jalan mulus dan sudah tersedia untuk menang, terutama pada Putaran Kedua. Jadi, menurut saya semua pasangan calon pesaing Jokowi memiliki peluang dan kans yang sama untuk mengalahkan Jokowi yang incumbent,” ujarnya, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Muchtar menilai, fenomena politik sejak Jokowi menjabat sebagai Presiden justru menjadi penyebab turunnya elektabilitas Jokowi. Dimana banyaknya perseteruan antara rakyat dengan kelompok pendukung Jokowi yang makin kuat dan meluas.
“Jadi, persaingan dan perseteruan sudah terjadi antara kelompok pendukung Jokowi dengan rakyat Indonesia, terutama kelompok Islam politik dan kelas menengah perkotaan,” ujarnya.
Menurut Muchtar, kekecewaan masyarakat semakin terlihat ketika adanya kesenjangan ideologis antara pemerintahan Jokowi dan rakyat. Sebab, publik melihat kinerja Jokowi dalam mengurus pemerintahan sangatlah buruk.
“Karena itu, jika elekbilitas Jokowi terus merosot bahkan dibawah 30 persen, Jokowi sudah dikalahkan rakyat penolak dan penentang,” pungkasnya.
SUMBER