
NUSANEWS - Setelah sempat muncul gerakan "Jokowi dua periode" beberapa waktu lalu, sekarang muncul seruan #2019GantiPresiden sebagai antitesanya.
Menanggapi isu yang semakin meluas ini, dalam sebuah wawamcara eksklusif, Sekjen PDI P, Hasto Kristianto menuding bahwa #2019GantiPresiden merupakan sebuah manuver politik.
Berikut kutipannya
"Saya melihat itu bukan aspirasi, saya melihat itu sebuah manuver-manuver politik lantaran elektabilitas Pak Jokowi yang tinggi dan juga kepemimpinan Pak Jokowi di tengah rakyat," ungkap Hasto.
Pernyataan Hasto langsung dibantah telak warganet Taufik Rendusara. Melalui akun @topelucky, Taufik mengunggah sebuah foto yang menunjukkan 2 orang petani yang berpose bersama sebuah karung bertulis #2019GantiPresiden.

"cc @Hasto_66 ini bukan manuver lah, ini murni gerakan aspirasi rakyat... situ jangan nongkrong di istana molo makanya," kicau Taufik. Makjleb.
Warganet lain juga menegaskan bahwa #2019GantiPresiden jelas merupakan aspirasi rakyat.
"itu murni gerakan aspirasi rakyat untuk mengganti presiden tahun 2019," kicau @arm4di0n.
"Masa Umar bin Khattab Indonesia takut sama hesteg," tulis @MessersGochi.
"Pakde Hasto sekali-sekali kudu maen keluar dari kandang banteng. Tengok kiri kanan, rakyat pengen #2019GantiPresiden. Bukan cuma politisi doang yang pengen kelesss...," kicau akun @kakalebah.
"PDI P panas dalam," kicau @satria_preda.
WAWANCARA LENGKAP
Hasto Kristianto: Gerakan #2019GantiPresiden Merupakan Manuver Politik, Bukan Aspirasi Masyarakat
Setelah sempat muncul gerakan "Jokowi dua periode" beberapa waktu lalu, sekarang gerakan antitesanya yakni; #2019GantiPresiden lagi nge-hits di berbagai lini masa sosmed. Di media sosial, banyak orang selfi dengan mengenakan kaos bertuliskan #2019GantiPresiden. Lantas, bagaimana PDIP menyikapi gerakan ini? Berikut penjelasan Sekjen PDIP, Hasto Kristianto.
Tanggapan Anda terkait munculnya gerakan #2019 GantiPresiden?
Ya, dalam konteks seperti itu kita ini kan berkebudayaan Timur. Pak Jokowi sudah memberikan penjelasan Presiden itu hanya rakyat yang bisa menentukan dalam pemilu. Maka buat kami mengapa memilih dukungan yang lebih efektif di tengah-tengah rakyat. Jadi, hal ini gambaran politik riil di tengah rakyat.
Politik riil itu membangun peradaban, politik riil itu bukan asal bicara hanya karena faktor suka atau tidak suka, bukan itu sebabnya. Alhasil rakyat juga memberikan pilihan.
Yang namanya pemimpin itu menyatukan dan membangun peradaban bukan memecah belah bangsa. Membangun optimisme bangsa bukan membangun pesimisme.
Tapi kan itu aspirasi?
Saya melihat itu bukan aspirasi, saya melihat itu sebuah manuver-manuver politik lantaran elektabilitas Pak Jokowi yang tinggi dan juga kepemimpinan Pak Jokowi di tengah rakyat. Pasalnya, mereka tidak bisa melakukan hal itu. Ketika Pak Jokowi turun ke rakyat, maka rakyat berbondong-bondong dengan penuh antusiasme menyambut pemimpinnya.
Baru-baru ini Anda bertemua dengan Ketua Umun PKB Muhaimin Iskandar apakah membahas soal dukungan kepada Jokowi di Pilpres 2019?
Ya, kalau kami lihat Cak Imin sendiri meresmikan posko untuk memenangkan Pak Jokowi. Ini merupakan hal positif kan. Terkait bagaimana langkah selanjutnya, ya bagaimana tentu saja Pak Jokowi akan berdialog dengan Cak Imin dalam kapastitas beliau sebagai Ketua Umum PKB.
Apakah sudah positif bakal menggandeng Cak Imin menjadi cawapres Jokowi?
Ya, untuk PDIP sendiri dan partai-partai yang menyatakan mendukung Pak Jokowi saling menguatkan. Namun untuk saat ini kami konsentrasi dulu untuk pilkada serentak. Terkait siapa yang dipilih sebagai cawapres Pak Jokowi, dari PDIP itu sudah diserahkan kepada Bu Megawati Soekarnoputri. Tentu saja nanti hal tersebut akan didialogkan bersama-sama.
Sebab, kami bukan kali ini saja menentukan cawapres. Sebelumnya juga telah dilakukan bersama-sama dialog antara Pak Jokowi dengan ketua umum partai politik pengusung beliau saat itu. Dialog kami ya akan terus dilakukan, termasuk mendengarkan dari Pak Jusuf Kalla sebagai tokoh nasional dan tokoh yang sangat berpengalaman di dalam pemerintahan.
Tawaran koalisi dari PKB sepertinya masih bersyarat yakni, harus menjadikan Cak Imin sebagai cawapres?
Di manapun, misalnya di Jerman mereka membentuk pemerintahannya berunding cukup alot dan keras. Ini merupakan hal yang biasa apalagi kita semua berbicara soal tantangan bernegara.
Kita bicara sistem politiknya, ekonominya, dan budayanya itu merupakan hal yang biasa. Kami menyebutnya sebagai agenda kepemerintahan ke depan. Itu kan harus disepakati oleh Pak Jokowi dengan seluruh partai politik pengusung.
Jadi ada kemungkinan PDIP bakal mencari bakal cawapres selain Cak Imin?
Kami berpirikir positif, kami berpikir untuk mendukung Pak Jokowi dua periode. Itu juga diikuti lebih awal dengan menyiapkan agenda-agenda kepemerintahan ke depan. Artinya, kami lebih maju. Kami sudah membahas agenda-agenda ke depan yang harus disepakati nanti oleh partai politik. Itu bukan syarat namun design pemerintahan ke depan yang akan lebih baik daripada periode pertama ini.
PDIP belakangan makin intens bertemu dengan elite-elite partai pendukung koalisi Jokowi. Apa saja yang sudah menjadi kesepakatan?
Ya tentu saja, kan PDIP mengambil langkah inisiatif untuk berdialog. Dialog itu kan baik dan dialog itu kan positif. Hal ini kan bermusyawarah untuk, misalkan gagasan seperti yang telah disampaikan Cak Imin, ini kan bagus. Gagasan sintesa antara Soekarnoisme dan Gusdurisme yang diangkat oleh PKB merupakan hal yang menarik, untuk menjadi bagian wacana yang positif demi bangsa dan negara ini.
Perhitungannya lebihmudah melawan Prabowo Subianto atau melawan calon lain?
Pilpres itu bukan bicara mudah atau tidak. Pilpres itu bicara gagasan terbaik untuk bangsa dan negara. Bagaimana tanggung jawab pemimpin harus memberikan skenario agar bangsa yang luar biasa bagus ini bisa kembali. Setidak-tidaknya memimpin bangsa Asia-Afrika sebagaimana dulu dirintis Bung Karno.
Sinyal Partai Demokrat juga ada kemungkinan ikut merapat ke PDIP. Benar begitu?
Biru itu kan langit, warna laut. Ini semua kan warna yang indah.
Soal bagi-bagi sembako yang dilakukan Jokowi di Sukabumi Jawa Barat tujuannya apa?
Ya, dalam konteks ini Pak Jokowi berideologi Pancasila sebagai sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dalam konstitusi kita saja fakir miskin dibela negara, terlebih ini rakyat.
Bagi-bagi sembakonya sambil kampanye kali nih?
Lho kampanye kan belum, calon wakil presiden saja belum ditentukan. ***
SUMBER