
NUSANEWS - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyerukan agar dunia bersatu dalam rangka melawan penyakit tuberkulosis (TBC). JK mengatakan, tren TBC belakangan kembali meningkat.
"Sekarang ini kelihatannya ada trennya, dunia harus bersatu kembali untuk menyelesaikan ini (tuberkulosis)," kata JK usai berbicara dalam Panel Tingkat Tinggi di Markas Besar Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) New York, Amerika Serikat, Rabu waktu setempat seperti dilansir Antara, Kamis (27/9).
Penyakit yang menjadi pembunuh nomor 4 di dunia tersebut, menurut Wapres lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti lingkungan dan kemiskinan.
Saat berbicara dalam panel tingkat tinggi yang pertama kalinya diselenggarakan di PBB tersebut, JK mengharapkan agar forum itu dapat dihasilkan misi yang pragmatis, konkret dan ditargetkan untuk dapat menghilangkan penyakit tersebut.
JK menuturkan, lebih dari lima ribu orang meninggal akibat tuberkulosis setiap hari. Namun tuberkulosis dapat dicegah dan diobati. Dia juga mengkhawatirkan, penyakit tersebut semakin resistan terhadap obat. Oleh karena itu, pertemuan PBB tentang tuberkulosis pertama kali ini tepat waktunya.
"Kita harus menghasilkan tanggapan yang kuat dan komprehensif untuk mengakhiri penyakit ini," kata Wakil Presiden.
Dalam kesempatan tersebut, JK menegaskan tiga hal. Pertama, setiap negara harus menerapkan secara konkret strategi nasionalnya masing-masing untuk mengakhiri tuberkulosis. Pemerintah menargetkan dapat menghilangkan tuberkulosis pada 2030 dan mencapai Indonesia bebas tuberkulosis pada 2050.
Kedua, harus ada upaya yang lebih terpadu untuk memperkuat kapasitas untuk deteksi dini kasus tuberkulosis, khususnya kasus baru yang melibatkan galur yang resisten terhadap obat-obatan.
Ketiga, harus ada akses yang lebih besar dan setara dengan layanan kesehatan berkualitas untuk masyarakat umum.
Sementara Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengatakan untuk pemberantasan tuberkulosis tidak bisa dilakukan sendiri, namun perlu kerja sama dengan berbagai negara.
"Seperti terkait penyediaan obat berkualitas dan murah yang terjangkau oleh penderita," katanya.
SUMBER