
NUSANEWS - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melanjutkan penguatannya. Namun rupiah perlu waspada karena greenback masih punya amunisi untuk membalikkan kedudukan.
Pada Jumat (7/9/2018), US$ 1 dihargai Rp 14.865 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,13% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Perlu dicatat bahwa dolar AS masih cenderung menguat di Asia. Selain rupiah, hanya yen Jepang dan peso Filipina yang bisa menguat. Sisanya berjatuhan.
Dengan penguatan 0,13%, rupiah dan peso Filipina menjadi mata uang dengan apresiasi terbaik kedua di Benua Kuning, hanya kalah dari yen Jepang.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang utama Asia pada pukul 08:15 WIB:
Dolar AS Masih Punya Senjata
Namun rupiah dan mata uang lain di Asia perlu waspada karena dolar AS masih bisa menguat. Senjata greenback adalah isu perang dagang AS-China yang berpotensi meledak kapan saja.
Tahapan dengar pendapat atas rencana pengenaan bea masuk baru terhadap impor produk China senilai US$ 200 miliar akan berakhir pada Kamis ini waktu AS. Kabarnya, Presiden AS Donald Trump akan segera mengeksekusi bea masuk ini segera setelah tahapan dengar pendapat selesai.
Sampai saat ini belum ada berita dari Gedung Putih maupun cuitan Donald Trump mengenai hal ini. Namun kemungkinan pengenaan bea masuk baru ini menjadi terbuka lebar setelah Kementerian Perdagangan AS melaporkan defisit perdagangan AS dengan China menyentuh rekor tertinggi, yaitu US$ 36,8 miliar pada bulan Juli, naik 10% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Aset-aset berisiko di negara berkembang bisa kapan saja dilepas dan investor beralih ke instrumen yang dianggap aman (safe haven). Saat ini, safe haven yang paling digemari pelaku pasar adalah dolar AS dan instrumen berbasis mata uang ini. Akibatnya, greenback bisa menguat sewaktu-waktu.
Apalagi malam ini waktu Indonesia akan ada rilis data penting yaitu angka pengangguran AS. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan angka pengangguran Agustus 2018 di 3,8%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,9%.
Jika angka pengangguran benar-benar turun, maka peluang The Federal Reserve/The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif kian terbuka. Mengutip CME Fedwatch, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 25 basis poin ke 2-2,5% mencapai 99% alias hampir pasti.
Dolar AS pun semakin punya alasan untuk menguat. Kenaikan suku bunga akan membuat imbalan berinvestasi di instrumen berbasis dolar AS akan naik, dan ini tentu menarik minat investor yang mencari cuan.
Rupiah dan segelintir mata uang Asia bisa bernafas lega saat ini. Namun akan datang saatnya di mana investor kembali memborong greenback sehingga mata uang ini bakal menguat.
SUhttps://www.cnbcindonesia.com/market/20180907082651-17-32146/dolar-as-masih-punya-amunisi-rupiah-wajib-waspada/2MBER