
NUSANEWS - Ketua Umum KAMMI WIilayah Sumatera Utara, Mangaraja Harahap menilai tindakan aparat kepada mahasiswa di Medan sudah terlalu represif. Bahkan, sudah di ambang batas kewajaran.
“Saya menilai bahwa aparat saat ini terlalu represif dalam mengawal demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa. Tindakan aparat kepolisian itu sudah di ambang batas kewajaran,” katanya saat dihubungi Kiblat.net pada Senin (24/09/2018).
Pada Kamis, 20 September lalu terjadi aksi demonstrasi pro-kontra pemerintahan Presiden Joko Widodo di depan gedung DPRD Sumatera Utara. Aksi ini berakhir ricuh antara mahasiswa dan anggota kepolisian, menyebabkan sedikitnya 10 korban luka-luka dari pihak mahasiswa.
Ia menegaskan, saat itu mahasiswa tidak membawa senjata apapun melainkan hanya menyampaikan aspirasi mahasiswa kepada pemerintah agar mengurus negara dengan baik. Yaitu menurunkan nilai tukar rupiah terhadap dolar, memperbaiki harga-harga BBM, menstabilkan harga-harga sembako.
“Tetapi malah dipukuli dan ditendang. Sedangkan wakil rayat (anggota DPRD) Bapak Zulfikar saja menyambut seruan aksi mahasiswa tersebut,” paparnya.
Pria yang akrab dengan sapaan Raja ini mengungkapkan, ada sekelompok massa yang berdemonstrasi sebelum aksi mahasiswa membawa balok dan batu, tetapi tidak dicegah oleh kepolisian. Menurutnya, setelah peristiwa nahas tersebut, banyak mahasiswa yang menjadi korban.
“Kepala mahasiswa berdarah, mukanya perempuan yang ikut aksi berdarah, jidat mahasiswa dipukuli pakai pentungan. Yang sempat dibawa ke rumah sakit ada 10 orang untuk dirawat. Selebihnya dirawat di tempat oleh teman-temannya. Belum lagi yang babak belur badan dan wajah mahasiswa,” tuturnya.
“Alhamdulillah teman-teman yang di rumah sakit sudah pulang,” tambahnya.
SUMBER