
NUSANEWS -Sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Antoni teringat soal gelaran diskusinya yang dibubarkan pada era Presiden Soeharto. Sekjen Partai Berkarya Priyo Budi Santoso menanggapi soal ingatan Raja Juli tersebut.
Priyo menilai, pihak yang selalu mengaitkan hal-hal buruk dengan Soeharto sebagai 'kelompok kiri radikal'. Kelompok ini, kata Priyo, terjebak pada ilusi masa lalu.
"Kelompok kiri radikal selalu gemar mengaitkan hal-hal buruk pada Pak Harto. Mereka tenggelam dalam ilusi masa lalu dan nggak mau move on," kata Priyo kepada detikcom, Sabtu (13/10/2018).
Priyo mengatakan, tidak ada sedikitpun penghormatan yang diberikan kelompok tersebut terhadap Soeharto. Padahal dia menilai, Soeharto sudah banyak berjasa bagi bangsa.
"Tidak ada sedikitpun penghormatan, meski fakta sejarah bahwa Pak Harto sebagai pemimpin juga punya jasa yang besar membangun bangsa ini, termasuk ketegasan dalam menumpas PKI. Apa karena itu mereka selalu saja menyerang? Tentu kami tidak akan tinggal diam, hak kami untuk membela," jelasnya.
Raja Juli sendiri bicara meengenai diskusinya yang dibubarkan di era Presiden Soeharto, saat menanggapi pencabutan izin seminar yang menghadirkan Sudirman Said dan Ferry Mursyidan Baldan sebagai pembicara di UGM. Raja Juli membela UGM.
Terkait pembatalan diskusi di UGM itu, Priyo menilai itu sebuah hal yang aneh. Dia juga menyesalkan pembatalan diskusi tersebut, apalagi dia juga merupakan alumni dari UGM.
"Yang terjadi di UGM itu aneh saja dan disesalkan banyak pihak karena terjadi justru pada era sekarang ini. Itu bertolak belakang dengan semangat membangun demokrasi. Sebagai alumni UGM dan aktivis gerakan mahasiswa, saya sedih almamater yang saya banggakan ini mengalami masa-masa seperti ini. Kalau benar ada intel atau pihak-pihak luar menekan, mestinya tetap bisa dengan gagah diatasi," jelasnya.
Sebelumnya, PSI membela UGM yang disebut politis karena mencabut izin seminar yang menghadirkan Sudirman Said dan Ferry Mursyidan Baldan. Sekjen PSI Raja Juli Antoni ingat saat menggelar diskusi bersama teman-temannya di UIN Jakarta dibubarkan pada era Presiden Soeharto.
"Kebebasan berpendapat adalah berkah demokrasi yang harus kita rawat. Saya ingat diskusi saya dan kawan-kawan di Ciputat dibubarkan ketika mantan mertua Pak Prabowo masih menjadi presiden," ujar Raja Juli Antoni via pesan singkat, Sabtu (13/10/2018).
Soeharto memang merupakan mantan mertua capres Prabowo Subianto. Eks Danjen Kopassus itu menikahi putri Soeharto, Siti Hediati Hariyadi (Titiek) namun akhirnya bercerai.
Toni mengaku menjadi salah satu aktivis yang ikut dalam perjuangan reformasi pada 1998. Ia membandingkan pemerintah orde baru dengan yang kini dipimpin oleh Presiden Joko Widodo.
"Karena pengekangan itu pulalah kita dulu turunkan mantan mertua Pak Prabowo itu. Kebebasan bersyarikat dan berkumpul itulah yang selalu dirawat oleh Jokowi," kata Toni.
SUMBER