
NUSANEWS - Akhir-akhir ini ada yang berbeda dari kata-kata yang dipakai Presiden Jokowi dalam pidatonya. Jokowi kini bilang ingin menabok penyebar fitnah setelah sebelumnya juga menyebut 'genderuwo' dan 'sontoloyo'.
"Coba di medsos, itu adalah DN Aidit pidato tahun 1955. Lah kok saya ada di bawahnya? Lahir saja belum, astagfirullah, lahir saja belum, tapi sudah dipasang. Saya lihat di gambar kok ya persis saya. Ini yang kadang-kadang, haduh, mau saya tabok, orangnya di mana, saya cari betul," ujar Jokowi saat membagikan sertifikat tanah di Lampung Tengah, Lampung, Jumat (23/11/2018).
Jokowi sebelumnya bicara bahwa memasuki tahun politik, banyak fitnah dan hoax bertebaran di masyarakat. Jokowi pun heran ketika masih ada saja orang yang percaya dengan berita bohong. Dia mencontohkan soal perkiraan jumlah orang yang percaya jika dirinya anggota PKI.
"Saya ini sudah 4 tahun diginiin, Ya Allah, sabar, sabar, tapi saya sudah bicara karena ada 6 persen yang percaya berita ini. Enam persen itu 9 juta (penduduk) lebih lo. Lah, kok percaya?" ujar Jokowi.
Sebelumnya saat juga membagikan sertifikat tanah di Jawa Tengah, Jokowi menyebut soal adanya 'politik genderuwo'. Bagi Jokowi, politikus yang suka menakut-nakuti adalah genderuwo.
"Coba kita lihat politik dengan propaganda menakutkan, membuat ketakutan, kekhawatiran. Setelah takut yang kedua membuat sebuah ketidakpastian. Masyarakat menjadi, memang digiring untuk ke sana. Dan yang ketiga menjadi ragu-ragu masyarakat, benar nggak ya, benar nggak ya?" kata Jokowi di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Jumat (9/11).
"Cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika. Masa masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Nggak benar kan? Itu sering saya sampaikan itu namanya 'politik genderuwo', nakut-nakuti," ujar dia.
Sebelumnya lagi, juga saat bagi-bagi sertifikat tanah, Jokowi bicara tentang adanya politikus sontoloyo. Agaknya saat itu kali pertama Jokowi mengeluarkan diksi kontroversial dalam pidatonya sebagai Presiden RI yang juga merupakan calon presiden petahana.
"Hati-hati, banyak politik yang baik-baik, tapi juga banyak sekali politik yang sontoloyo. Ini saya ngomong apa adanya saja sehingga mari kita saring, kita filter, mana yang betul dan mana yang tidak betul. Karena masyarakat saat ini semakin matang dalam berpolitik," kata Jokowi di Lapangan Sepakbola Ahmad Yani, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (23/10).
Entah apa kaitan antara bagi-bagi sertifikat tanah dengan pemilihan diksi seperti ini. Namun memang saat mengeluarkan pernyataan itu, Jokowi berbicara di hadapan masyarakat yang di antaranya memiliki hak pilih dalam Pemilu 2019.