logo
×

Selasa, 20 November 2018

Prabowo-Sandi Contohlah Jokowi-Ma’ruf, Jenius Gak Berbusa-busa, Cukup Sontoloyo-Genderuwo dan Budek-Buta

Prabowo-Sandi Contohlah Jokowi-Ma’ruf, Jenius Gak Berbusa-busa, Cukup Sontoloyo-Genderuwo dan Budek-Buta

NUSANEWS - Pasangan Prabowo-Sandi disarankan mencontoh dan meniru pasangan Jokowi-Ma’ruf yang tak berbusa-busa dalam setiap komunikasi publiknya.

Demikian disampaikan pengamat politik Afriadi Rosdi kepada JPNN.com (Grup Jawa Pos-PojokSatu,id), Senin (19/11/2018).

Menurutnya, pasangan petahana itu belakangan bermain dengan mentafora. Yakni menggunakan istilah-istilah tak biasa untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat.

Jokowi misalnya, memunculkan kata ‘sontoloyo’ dan ‘gendoruwo’. Sedangkan Maruf Amin memunculkan metafora ‘budek dan buta’.

“Bedanya, metafora yang dipakai Jokowi berasal dari rahim budaya Jawa, sementara metafora yang dikemukakan Kiai Maruf berasal dari literatur Alquran,” jelasnya.

Ia menilai, penggunaan metafor oleh pasangan nomor urut 01 itu menunjukkan kejeniusan dalam berkomunikasi.

Karena ada kecenderungan di masyarakat, pesan yang ingin disampaikan seorang pemimpin sangat mudah dipahami ketika disampaikan lewat metafora.

Dalam hematnya, metafora atau penggunaan istilah yang tepat akan memperjelas makna sekaligus meminimalkan distorsi.

“Ia (metafora) beresonansi secara langsung dengan emosional pendengar, maka akan langsung klik,” bebernya.

Ketua Pusat Kajian Literasi Media ini juga menilai, metafora membantu komunikasi kepemimpinan menjadi efektif dalam menyampaikan pemahaman terhadap maksud yang diinginkan.

Artinya, seorang pemimpin tak lagi harus berbusa-busa menggunakan kalimat yang panjang dalam menyampaikan pesan utama.

Apalagi kalimat panjang bisa menyebabkan distorsi atau noise, dimana maknanya bisa dipahami secara berbeda oleh pendengar.

“Saya kira metafora efektif menyampaikan pesan, karena berasal dari rahim budaya masyarakat,” jelas Afriandi.

Dengan istilah yang cukup singkat itu, lanjutnya, masyarakat sudah cukup mengerti maknanya tanpa harus dijelaskan.

“Dengan demikian pesan utama yang ingin disampaikan dicerna secara tepat dan cepat,” tuturnya.

Karena itu, sambungnya, tidak ada salahnya pasangan Prabowo-Sandi meniru terobosan yang telah dilakukan Jokowi-Amin itu.

Caranya, dengan mencari dan menemukan metafora-metafora dari kultur Indonesia, agar pesan yang ingin disampaikan langsung klik dan menghunjam kesadaran masyarakat.

“Jika kedua pasangan calon presiden yang ada pintar bermain metafora, itu akan menambah bobot kampanye pilpres,” katanya.

“Tapi tentunya diharapkan metafora yang digunakan, dapat membangkitkan optimisme dan harapan, metafora yang menguatkan ikatan berbangsa dan bernegara,” pungkas Afriadi.



SUMBER
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: