
NUSANEWS - Analisis hasil survei yang dilakukan lembaga PARA Syndicate selama periode Agustus sampai November 2018 menunjukkan tren elektabilitas pasangan Joko Widodo - Ma'ruf Amin menurun. Penurunan diakibatkan oleh retorika kampanye mereka cenderung reaktif terhadap isu yang dilontarkan lawan politik.
Analisa tersebut membuat mantan Menteri Sekretaris Kabinet (era Susilo Bambang Yudhoyono) Dipo Alam penasaran dan bertanya ke sejumlah pihak melalui akun Twitter @dipoalam49. "Bung @RustamIbrahim sebagai pendidik para pemilih Pilpres 2019, apa benar analisis tren ini? Saya kadang kurang percaya polling2an. @RamliRizal @AndiArief__ @asboediono @KIBCentre @Ronnie_Rusli @ssirah @RestyCayah @TheREAL_Abi @SitiMar098 @RachlanNashidik."
Menurut pemerhati politik dan ekonomi Rustam Ibrahim temuan beberapa lembaga survei memperlihatkan bahwa setelah tiga bulan kampanye selisih elektabilitas Jokowi dan Prabowo Subianto sekitar 20 persen. Dalam pilpres head to head yang membuat masyarakat "terbelah dua" selisih biasanya tidak terlalu besar. Jika bisa enam sampai 10 persen saja, kata dia, sudah baik.
Rustam Ibrahim menambahkan jika benar tren elektabilitas Jokowi menurun, itu karena tim sukses Jokowi terlalu fokus kampanye positif.
"Terutama kisah-kisah sukses pembangunan era Jokowi. Timses Jokowi harus juga siap kampanye negatif, menggali dan menyajikan seluruh kelemahan Prabowo-Sandi. Mustahil tidak ada!" katanya.
Menurut Rustam Ibrahim timses Jokowi sebetulnya punya dua strategi kampanye sekaligus yang tidak dimiliki Prabowo Subianto - Sandiaga Uno. Pertama, kampanye positif, dan kedua, kampanye negatif.
"Kampanye positif fokus sukses capaian-capaian program Jokowi, kampanye negatif dgn menggali, membongkar dan menyampaikan kelemahan-kelemahan pihak lawan," kata dia.
"Saya usul Presiden @Jokowi untuk membuat lebih "ramai" lagi kampanye pilpres 2019. Jangan sungkan dengan kampanye negatif. Jangan biarkan kampanye negatif hanya menjadi panggung pihak lawan. Positif ayo, negatif boleh. Ini penting agar masyarakat dapat informasi seimbang," pendukung Jokowi menambahkan.
SUMBER

