
NUSANEWS - Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari 98) mempertanyakan sikap ksatria dan gantlemen Prabowo Subianto.
Hal itu terkait keseleo lidah capres nomor urut 02 itu kala mengucap gelar Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam (SAW).
Insiden itu terjadi di panggung reuni 212 beberap waktu lalu, dimana Prabowo malah menyebut ‘hulaihi wassalam’.
Seharusnya, Ketua Umum Partai Gerindra itu menyampaikan permintaan maafnya kepada umat Islam.
Namun sampai hari ini, mantan menantu Presiden Soeharto itu sama sekali menyampaikan permintaan maafnya.
Demikian disampaikan Ketua Presidium Jari 98, Willy Prakarsa, Jumat (14/12/2018).
“Kami menunggu sikap gentle dan ksatria Prabowo untuk meminta maaf kepada umat Islam. Bukan malah orang lain yang sibuk membelanya,” kata Willy Prakarsa.
Willy juga mempertanyakan alasan dan keputusan Ijtima Ulama GNPF Ulama yang malah memberikan rekomendasi capres kepada mantan Danjen Kopassus itu.
Pasalnya, kata dia, di dalam ijtima ulama ada beberapa kriteria capres pilihan.
Di antaranya muslim taat dan rajin ibadah, seperti salat berjamaah di masjid dam puasa sunah.
“Ini pasti ada udang di balik batu, di balik skenario memaksakan Prabowo menjadi capres,” ungkapnya.
Sementara, lanjutnya, kriteria ke-Islam-an Prabowo dinilainya tak berbanding lurus dengan karakter pasangan Sandiaga Uno itu.
“Jelas sekali kriteria yang sesuai rumusan para ulama calonnya harus memiliki kualitas keislaman mumpuni. Ada tidak kriteria itu di Prabowo?” lanjut Willy.
Lebih lanjut, pihaknya tidak ingin capres koalisi oposisi itu cuma terkesan memanfaatkan umat Islam untuk meraih impiannya menjadi presiden.
Dalam hematnya, mantan suami Titiek Soeharto itu sejatinya hanya dipaksakan tampil Islami hanya untuk meraih simpati umat Islam.
“Biasanya kalau dipaksakan ujung-ujungnya malah kepleset. Jangan mainin agama,” pungkas Willy.
SUMBER

