logo
×

Jumat, 16 Agustus 2019

'Langkah Kuda' Prabowo

'Langkah Kuda' Prabowo

Penulis: Erizal

Disebut "langkah kuda" bukan hanya karena Prabowo punya kuda dan memang suka berkuda, tapi juga karena hanya dengan satu dua langkah saja, sudah cukup merepotkan pihak lawan. Dan tidak hanya benteng dan peluncur yang repot atau malah terancam, tapi juga ster dan raja sekalipun, ikut repot dan terancam.

Pasca gugatan ditolak MK, praktis Prabowo baru melakukan satu dua langkah saja. Yakni, bertemu Presiden Jokowi dan bertemu Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Pernah saya sampaikan, untung tak bertemu sekaligus. Pertemuan segitiga Jokowi-Prabowo-Megawati. Kalau itu yang terjadi, maka semakin banyak yang repot dan terancam.

Dan pertemuan segitiga itu bukan hanya isapan jempol. Rencananya sudah ada, tapi mendadak batal. Entah "ide brilian" dari siapa yang akhirnya membatalkan pertemuan itu? Tak terbayangkan bila pertemuan itu terjadi? Dinamika politik tak hanya hangat seperti yang dikatakan Megawati dalam Kongres PDIP, tapi bisa-bisa mendidih dan menggelegak.

Siapa pun tahu bahwa yang diutus pertama kali oleh Presiden Jokowi menemui Prabowo pasca pencoblasan dan hitung cepat (quick count) adalah Luhut Binsar Panjaitan. Dan biasanya, tradisinya, begitu selama ini. Tak ada nama lain. Karena itu, orang beranggapan Luhut adalah "orang inti" dari Presiden Jokowi. Tapi, Prabowo tegas menolak karena proses belum benar-benar selesai.

Saat proses sudah benar-benar selesai, bukan Luhut yang terlihat sebagai perantara. Tapi berganti dengan Budi Gunawan, Kepala BIN. Tak hanya pertemuan dengan Presiden Jokowi, juga pertemuan dengan Megawati. Bahkan bukan mustahil, rencana pertemuan segitiga antar mereka. Dan peran Luhut memang tak terlihat dan seperti sudah digantikan alias tersingkir.

Tapi, terlihat bukan maunya Budi Gunawan atau Megawati, bahkan Presiden Jokowi sekalipun. Melainkan justru maunya Prabowo itu sendiri. Prabowo-lah yang sebetulnya, boleh dikatakan sudah "menyingkirkan" Luhut dari sisi Jokowi. Prabowo terlihat kesal dengan mantan-mantan koleganya di TNI ini. Tak hanya seorang, malah. Mereka justru selama kampanye secara terang-terangan menyerang Prabowo dari segi komitmen bernegara atau ber-NKRI.

Prabowo juga terlihat menjadi penyebab "berseterunya" antar anggota koalisi Jokowi-Ma'ruf. Sampai-sampai TKN harus dibubarkan seperti halnya BPN yang sudah lebih dulu dibubarkan. Bukan mustahil ini cara Presiden Jokowi mengurangi, mengurai, dan mengklasifikasi masalah. Agar tentunya, tak merembet ke mana-mana. Semua harus cepat diatasi dan diantisipasi.

NasDem atau Surya Paloh, diakui memang yang paling serius bereaksi, bahkan hingga saat ini. Surya Paloh tak hanya menggalang pertemuan anggota koalisi Jokowi-Ma'ruf, tapi juga menggelar pertemuan diam-diam dengan Anies Baswedan. Tak hanya pertemuan Jokowi-Prabowo, Prabowo-Megawati, pertemuan Surya Paloh-Anies Baswedan juga tak ada yang tahu apa isi sebenarnya?

Itu yang saya bilang "langkah kuda" Prabowo ini bisa merembet ke mana-mana. Tak hanya bisa merepotkan dan mengancam benteng dan peluncur, tapi juga langsung mengenai ster dan raja. Artinya, Megawati dan Jokowi bisa terkena imbas, kalau tak hati-hati mengelolanya. Apalagi PKB, Golkar, dan PPP, masih menahan diri, setelah pertemuan bersama NasDem itu.

Percayalah, selama papan catur masih terbuka dan bidaknya masih bermain kesana-kemari, segala kemungkinan masih bisa terjadi. Tak ada cerita pemenang benar-benar otomatis menjadi pemenang. Anehnya, yang sudah keluar dari papan catur, merasa menjadi pemenang karena alasan konsistensi, bersama umat, dan lain-lain. Mana ada pemenang yang sudah terlempar jauh sejak awal. Lalu, apa yang nanti benar-benar bisa diperjuangkan secara efisien dan efektif?

16/8/2019

SUMBER
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: