
DEMOKRASI.CO.ID - Dinas Pendidikan Kabupaten Jayawijaya memastikan 19 sekolah di wilayah Wamena rusak dalam kerusuhan yang terjadi wilayah tersebut pada 23 September lalu. Rata-rata kerusakan belasan sekolah ini akibat lemparan batu.
Sekretaris Dinas Pendidikan Jayawijaya, Bambang Budiandoyo saat dihubungi dari Jayapura, Jumat (4/10) mengaku telah melakukan pengecekan secara langsung ke sekolah-sekolah terdampak kerusuhan di wilayah Wamena.
“Informasi awal memang 25 sekolah yang rusak, namun setelah dicek di lokasi 6 sekolah mengalami kerusakan ringan, sedangkan 18 hingga 19 sekolah mengalami kerusakan agak parah,” kata Bambang.
Dari 19 sekolah terdampak kerusuhan, terang Bambang, satu sekolah mengalami kerusakan paling parah. “Ada satu sekolah terbakar yakni SMP YPPK, namun hanya ruang guru. Kalau sekolah lain kaca-kaca pecah dan berhamburan di ruang kelas,” paparnya.
Bambang menyatakan, telah melaporkan kondisi sekolah rusak kepada Bupati Jayawijaya John R Banua. “Sekolah yang rusak ini kami sudah laporkan kepada bupati dan berharap segera ditindaklanjuti atau dalam hal ini mendapat perbaikan,” katanya.
Bahkan, lanjutnya, Bupati Jayawijaya John R Banua bersama pihak Dinas Pendidikan dan relawan telah membersihkan sekolah terdampak kerusuhan. Pembersihan sekolah dilakukan dari Jalan Woma hingga Hom-Hom.
“Kemarin sudah kami bersihkan bersama bapak bupati dengan harapan hari Senin (7/10) sekolah sudah kembali digunakan,” tuturnya.
Soal nasib siswa yang mengungsi pascakerusuhan, Bambang mengklaim belum memiliki data pasti siswa yang mengungsi keluar Wamena. Hal ini dikarenakan belum adanya laporan dari para kepala sekolah di wiayah tersebut. “Sejuah ini belum ada data yang disampaikan kepala sekolah terkait siswa-siswi,” ujar Bambang.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Wamena, Yemima Kopeu, menyebut dampak kerusuhan telah menyebabkan kerusakan cukup berat pada fasilitas sekolah. “Banyak yang rusak saat kerusuhan itu, seperti kaca jendela, meja dan lemari arsip setiap kelas,” kata Yemima.
Selain menimbulkan kerusakan sekolah, lanjut Yemima, kerusuhan juga menimbulkan trauma bagi para guru dan siswa. “Jujur bahwa sampai dengan hari ini semua para guru masih dalam keadaan trauma,”ungkapnya.
Dia pun akan memfokuskan langkah untuk memulihkan trauma guru dan siswa sebelum aktifitas belajar mengajar dimulai. “Memang ada instruksi dari bupati bahwa aktifitas belajar mengajar dimulai pada hari Senin (7/10). Namun kami tidak bisa langsung belajar mengajar dalam kondisi guru dan siswa masih trauma,” kata Yemima. [iis]