DEMOKRASI.CO.ID - Sebagai Anggota DPR RI dari dapil Sumatera Barat, Andre Rosiade mengunjungi warga minang di Papua yang menjadi korban dan terpaksa mengungsi akibat konflik yang kembali pecah di tanah Wamena.
Andre yang juga merupakan Ketua Harian DPP IKM (Ikatan Keluarga Minang), menceritakan kunjungannya kepada Kantor Berita Politik RMOL.
"Saya berangkat Jumat malam, landing Sabtu Pagi jam tujuh, lalu jam sepuluhnya dengan bantuan TNI AU saya berangkat naik Hercules bareng rombongan dari Ikatan Warga Minang menuju Wamena," ujar Andre, Minggu (6/10).
Setelah 45 menit melakukan penerbangan, Andre berserta rombongan turun di Wamena dan disambut oleh komandan pangkalan Angkatan Udara.
Andre pun menjelaskan bahwa dirinya dengan di dampingi lima prajurit TNI yang membantu pengawalan, langsung berkeliling meninjau kota Wamena yang kondisinya terbakar, hancur, termasuk kantor Bupati Jayawijaya yang habis terbakar.
Selanjutnya kembali melakukan perjalanan menuju jalan Irian untuk berdialog secara langsung dengan tiga ratus orang masyarakat Minang yang bertahan di Wamena yang menyatakan ingin bertahan dan tidak ingin di evakuasi.
Andre mengatakan kondisi di Wamena berangsur kondusif dan sudah mulai pulih kembali.
"Mereka butuh jaminan keamanan. Harapannya tentu perlindungan keamanan ini sampai ke pinggir-pinggir kota bukan hanya di pusat kota," terangnya.
Selain perlindungan keamanan, para aparat didorong untuk diberi kewenangan untuk menindak tegas perusuh.
"Jangan sampai aparat ada, senjata ada, tapi hanya nonton gitu loh. Jangan sampai kita terlihat lemah dalam menegakkan hukum dan melindungi rakyat," pungkas Andre.
Tiga ratus orang yang masih bertahan di Wamena maupun delapan puluh persen dari sekitar seribu dua ratus yang sudah kembali keluar dari Wamena.
Andre melanjutkan, berdasarkan keterangan komandan Pangkalan TNI AU, masyarakat yang ingin keluar dari Wamena terdiri dari 17.000 warga. Empat belas ribu sudah di evakuasi TNI dengan mengendarai Hercules. Untuk perantau dari Minang yang keluar dari Wamena sudah sekitar 1200-an.
"Sebanyak 80 persennya ingin kembali ke Wamena. Saat ini mereka hanya ingin menenangkan diri, menghilangkan trauma dan juga mengantar anak serta istri di kampung untuk mendapatkan keamanan. Setelah itu mereka akan kembali ke Wamena untuk melanjutkan usaha mereka," tandasnya.
Seperti diketahui sebelumnya, tanah Papua kususnya di Wamena dalam beberapa pekan terakhir kembali terjadi insiden yang menewaskan puluhan orang. Tindak kekerasan di Wamena, terakumulasi akibat berita hoax dan protes sosial yang berujung pada separatisme.
Untuk Korban mayoritas yang meninggal berasal dari para pendatang seperti dari suku Minang dan Bugis dan suku-suku lainnya. [rm]