logo
×

Selasa, 24 Desember 2019

Ayam Goreng KFC Selalu Jadi Primadona Dalam Perayaan Natal Di Jepang, Kok Bisa?

Ayam Goreng KFC Selalu Jadi Primadona Dalam Perayaan Natal Di Jepang, Kok Bisa?

DEMOKRASI.CO.ID - Setiap negara memiliki tradisi Natal masing-masing yang berbeda satu dengan yang lainnya. Tidak terkecuali Jepang.

Umumnya kudapan yang biasa tersaji di meja makan saat perayaan Natal adalah kalkun atau steak. Namun hal itu tidak berlaku di Jepang. Di negara tersebut, kudapan yang hampir pasti selalu tersaji di meja makan saat perayaan Natal adalah ayam goreng KFC.

"Di Jepang, adalah kebiasaan untuk makan ayam saat Natal," kata salah seorang warga Kristen Jepang, Naomi.

Setiap tahun, saya memesan tong pesta dan menikmatinya bersama keluargaku. Saya suka ayam yang lezat dan piring gambar lucu yang menyertainya sebagai bonus," tambahnya.

Naomi menjelaskan bahwa ketika Natal menjelang, iklan KFC diputar di TV Jepang.

"Kami memesan lebih awal kemudian pergi ke toko pada waktu yang ditentukan untuk mengambil ember (berisi ayam KFC) kami," kata Naomi.

"Mereka yang tidak memesan lebih dulu harus berjuang dalam antrian panjang selama berjam-jam," tambahnya.

Tradisi menyajikan menu KFC dalam perayaan Natal di Jepang sebenarnya telah muncul sejak sekitar tiga dekade terakhir. Sejak tahun 1980an, patung-patung seukuran Kolonel Sanders yang merupakan simbol KFC siap dipajang untuk menyambut gelombang pembeli yang membludak jelang Natal.

Menurut angka yang dirilis oleh rantai makanan cepat saji Amerika Serikat, KFC Jepang meraup penghasilan 6,9 miliar yen atau sekitar 63 juta dolar AS sejak tanggal 20 hingga 25 Desember pada 2018 lalu.

Data yang sama menyebut, hari tersibuk di KFC Jepang biasanya tanggal 24 Desember. Gerai-gerai KFC di seluruh Jepang biasanya menjual sekitar lima hingga 10 kali lebih banyak daripada hari-hari biasa.

Namun pertanyaan, bagaimana dan mengapa KFC menjadi identik dengan perayaan Natal di Jepang?

Seorang profesor Antropologi Sosial di Universitas Harvard yang telah mempelajari makanan dan budaya Jepang di masa lalu, Ted Bestor, menjelaskan bahwa tradisi semacam ini tidak lepas dari periode pasca Perang Dunia Kedua, di mana perekonomian Jepang dalam masa bangkit dari keterpurukan.

"Kekuatan ekonomi Jepang menembus atap dan orang-orang memiliki uang tunai untuk menikmati budaya konsumen untuk pertama kalinya," kata Bestor.

"Karena Amerika Serikat adalah pusat budaya pada waktu itu, ada minat besar dalam mode Barat, makanan, perjalanan ke luar negeri, Jepang benar-benar terbuka," tambahnya.

Dia menceritakan pengalaman pribadinya saat tinggal di pusat Tokyo pada awal 1970an. Bestor ingat pada saat itu dia melihat banyak waralaba asing bermunculan, seperti Baskin-Robbins, Mister Donut, dan The Original Pancake House.

Sementara itu, merujuk pada film dokumenter "Colonel Comes to Japan" yang dirilis tahun 1981, selama periode globalisasi yang cepat tersebut, industri makanan cepat saji Jepang berkembang 600 persen antara tahun 1970 dan 1980.

Film dokumenter yang disutradarai oleh John Nathan itu juga menjelaskan bahwa KFC pada saat itu adalah bagian dari perkembangan industri makanan cepat saji di Jepang. KFC membuka gerai Jepang pertamanya di Nagoya pada tahun 1970.

Kemudian pada tahun 1981, KFC telah membuka 324 gerai dan menghasilkan sekitar 200 juta dolar AS per tahun.

"Sepertinya, tiba-tiba, Kentucky Fried Chicken ada di mana-mana," kenang Bestor, seperti dimuat CNN.

Sementara itu, Natal bagi warga Jepang pada umumnya hanya dianggap sebagai hari libur biasa. Hal itu tidak mengherankan, karena di negara tersebut hanya terdapat kurang dari satu persen populasi yang diidentifikasi sebagai umat Kristen.

Umat Kristen di Jepang hingga tahun 1970an tidak memiliki tradisi keluarga khusus pada perayaan Natal.

Di masa itulah, KFC masuk. Perusahaan tersebut piawai memanfaatkan situasi melalui kampanye pemasaran "Kentucky for Christmas" pada tahun 1974. Sejak saat itu, penjualan ayam dalam ember dalam jumlah banyak pun mulai dilakukan.

Beberapa laporan bahkan mengatakan bahwa Takeshi Okawara, sosok yang mengelola KFC pertama di negara itu dan kemudian menjadi CEO KFC Jepang, pada mulanya salah melakukan pemasaran ayam goreng dengan mencitrakan ayam goreng sebagai makanan tradisional Amerika Serikat pada perayaan Natal.

Dia pun kerap hadir ke pesta Natal di Jepang dengan berpakaian Santa dan membawa ayam goreng KFC. Ketika anak-anak menyukainya, di situlah dia melihat peluang bisnis.

Sumber lain mengatakan bahwa Okawara pada saat itu hanya mendengar bahwa orang Barat mencari pengganti kalkun dan mencari pengganti yang layak untuk Natal, dan ayam goreng KFC pun menjadi sorotan.

Namun terlepas dari kisah awalnya, KFC kini berhasil melekatkan citra dengan tradisi Natal di Jepang dan menciptakan fenomena nasional yang menarik. (Rmol)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: