DEMOKRASI.CO.ID - Mengutip sebuah surat dari seorang pemuda Hong Kong yang meminta agar masyarakat “tidak mempercayai kaum Komunis”, Presiden Taiwan Tsing Ing-wei hari Ahad (29/12/2019) mengatakan bahwa cara hidup demokratis penduduk di pulau itu terancam bahaya dari China.
Berbicara dalam debat pemilihan presiden yang disiarkan televisi, Tsai mengutip sebuah surat yang katanya dia terima dari seorang pemuda Hong Hong. Dia tidak menyebut nama orang tersebut dan kapan surat itu ditulis.
“Saya meminta agar rakyat Taiwan tidak mempercayai orang-orang Komunis China, jangan percaya kepada pejabat Komunis manapun, dan jangan jatuh ke dalam perangkap uang China,” kata Tsai membacakan isi surat tersebut seperti dikutip Reuters.
Rakyat Taiwan sudah melewati traumanya sendiri di bawah undang-undang darurat militer sebelum menerapkan demokrasi dan sekarang sedang melihat “akhir dari Hong Kong,” kata Tsai mengutip surat tersebut.
Presiden Taiwan itu mengatakan dirinya ingin membacakan surat tersebut untuk mengingatkan pentingnya suara mereka dalam pemilu bulan depan.
“Pada 11 Januari, suara pilihan di tangan kita dapat menentukan apakah cara hidup demokratis kita dapat berlanjut. Seluruh dunia menyaksikan apa yang akan Taiwan lakukan pada 11 Januari.”
China mengklaim Taiwan sebagai teritorinya, yang akan dikuasainya kembali dengan kekuatan pasukan jika perlu. Taiwan menyebut dirinya sebagai negara independen dan menggunakan Republik China sebagai nama resminya.
China mengatakan akan memberlakukan model “satu negara, dua sistem” di Taiwan seperti yang diterapkannya di Hong Kong, memberikannya hak otonomi yang luas.
Tsai dan lawan beratnya Han Kuo-yu dari Koumintang — yang lebih memilih berhubungan baik dengan Beijing– sama-sama menolak model itu, meskipun Tsai berulang kali menggambarkan Han sebagai pendukung model 1 negara 2 sistem.
Han mengatakan Tsai “menipu” rakyat Hong Kong dengan menggunakan perjuangan mereka untuk mendulang suara dan memenangkan pemilu. “Mereka berdarah-darah melawan China, sementara Anda menikmati perolehan suara. Kampanye Anda berdasarkan darah rakyat Hong Kong. Anda mengeksploitasi nilai-nilai yang mereka perjuangkan,” ujar Han, mengutip pernyataan seorang mahasiswa Hong Hong yang pernah mengkritik Tsai tetapi kemudian meminta maaf atas pernyataannya.
Tsai dan pejabat-pejabat partinya Partai Prograsif Demokrat, yang sebelumnya pernah berkunjung ke China, menurut Han munafik karena mengecam perjalan yang dilakukannya ke Beijing awal tahun ini.
“Anda mencela saya karena menerima ‘satu negara, dua sistem’ – ini sungguh keterlaluan,” ujar Han.*