logo
×

Senin, 13 Januari 2020

Ini Alasan Elite PDIP Ngotot Ingin Jadikan Harun Masiku Anggota DPR

Ini Alasan Elite PDIP Ngotot Ingin Jadikan Harun Masiku Anggota DPR

DEMOKRASI.CO.ID - Politikus PDIP Harun Masiku yang kini buron dan belum tertangkap KPK, ternyata punya kesan khusus dimata elite partai. Karena itu, tersangka kasus suap kepada komisioner KPU Wahyu Setiawan sangat diinginkan petinggi partai untuk duduk di DPR.

Karena itu Harun Masiku didorong oleh para petinggi partai PDIP bisa menjabat sebagai Anggota DPR periode 2019-2024 menggantikan Riezky Aprilia yang secara sah sudah dilantik.

Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengatakan ‎keinginan partainya supaya Harun Masiku menjabat sebagai anggota DPR karena Harun dianggap menguasasi bidang ekonomi internasional.

“Jadi dia dipandang sebagai orang yang menguasai bidang ekonomi internasional. Infonya begitu,” ujar Djarot di Gedung DPR, Jakarta, Senin (13/1).

Ngototnya PDIP ingin Harun Masiku menjadi anggota DPR lantaran tenaganya dibutuhkan oleh partai. Sehingga PDIP mengupayakan pengganti Nazarudin Kiemas di DPR adalah Harun Masiku.

“Mungkin karena dia punya keahlian di bidang yang dibutuhkan oleh partai,” katanya.

Namun Djarot menegaskan, PDIP telah melakukan pemecatakan karena Harun terbukti menjadi tersangka atas suap yang diberikan ke Wahyu Setiawan. “Dia otomatis sudah dipecat oleh partai,” ungkapnya.

Sebelumnya, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman mengatakan, sudah tiga kali PDIP memberikan surat kepada KPU. Surat itu supaya Harun Masiku bisa mengantikan Riezky Aprilia yang saat ini menjadi Anggota DPR periode 2019-2024.‎

Adapun Riezky Aprilia menggantikan Nazarudin Kiemas yang telah meninggal dunia. Hal ini berdasarkan peraturan Undang-Undang MPR, DPR, DPD dan DPRD (MD3) Pasal‎ 239 tentang pemberhentian antar waktu.

“‎Surat pertama permohonan pelaksanaan putusan Mahkamah Agung (MA) tertanggal 5 Agustus 2019 di tandatangani dua orang, Ketua Bapilu dan Sekjen Hasto Kristianto,” ujar Arief di Kantor KPU, Jalan Imam Bonjol, Jakarta, Jumat (10/1).

Menerima surat tersebut, KPU tidak bisa mengabulkannya permintaan PDIP tersebut, UU Pemilu 7/2017 Pasal 426 tentang Pemilu. Karena ‎dalam aturan ini, dijelaskan tentang penetapan penggantian calon terpilih anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota

Bunyinya, “dilakukan apabila calon terpilih yang bersangkutan meninggal dunia, mengundurkan diri; tidak lagi memenuhi syarat menjadi anggota DPR, DPD DPRD provinsi, atau DPRD kabupaten/kota; atau terbukti melakukan tindak pidana Pemilu berupa politik uang atau pemalsuan dokumen berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,” bunyi pasal tersebut.

“KPU menyatakan tidak dapat menjalankan putusan itu atau atas permintaan DPP PDIP,” kata Arief

Kemudian surat kedua permohonan ke KPU ditandatangani oleh Ketua DPP PDIP Yasonna H Laoly dan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto.

‎Selanjutnya surat ketiga PDIP ditandatangani oleh Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum PDIP‎, dan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto.

“Isinya kurang lebih sama dengan surat pertama (KPU tidak bisa mengakomodir keinginan PDIP),” ungkap Arief.

Sekadar informasi, KPK menetapkan Komisioner KPU Wahyu Setiawan sebagai tersangka suap pengurusan Pergantian Antarwaktu (PAW) anggota DPR.

Meski kalah jumlah suara di Pemilu 2019, Caleg PDIP Harun Masiku (HAR) ingin dilantik dengan cara menyuap Wahyu. Untuk muluskan niat jahat itu, Wahyu diduga meminta Rp 900 juta.
Kasus ini bermula ketika almarhum Nazarudin Kiemas di Dapil Sumsel I menang sebagai anggota DPR. Karena sudah meninggal, suara kedua terbanyak yakni Riezky Aprilia yang dilantik jadi anggota legislatif oleh KPU. Di sini Harun Masiku menyuap Wahyu Setiawan.

Dalam kasus ini, KPK telah menetapkan empat orang tersangka yaitu Wahyu Setiawan, Agustiani Tio Fridelina sebagai orang kepercayaan Wahyu Setiawan dan juga mantan Anggota Badan Pengawas Pemilu, Harun Masiku sebagai calon anggota legislatif (caleg) dari PDIP, dan Saeful sebagai swasta. Wahyu dan Agustiani ditetapkan sebagai tersangka penerima suap, sedangkan Harun dan Saeful sebagai tersangka pemberi suap.

Pemberian suap untuk Wahyu itu diduga untuk membantu Harun dalam Pergantian Antar Waktu (PAW) caleg DPR terpilih dari Fraksi PDIP yang meninggal dunia yaitu Nazarudin Kiemas pada Maret 2019. Namun dalam pleno KPU pengganti Nazarudin adalah caleg lainnya atas nama Riezky Aprilia.

Wahyu Setiawan diduga menerima duit Rp 600 juta terkait upaya memuluskan permintaan Harun Masiku untuk menjadi anggota DPR PAW. Duit suap ini diminta Wahyu Setiawan dikelola Agustiani Tio Fridelina.

Profi Harun

Harun Masiku dikenal sebagai petualang politik atau ‘kutu loncat’. Sebelum menjadi caleg PDIP, Harun yang pernah kuliah di University of Warwick United Kingdom itu tercatat aktif sebagai kader Partai Demokrat.

Bahkan, pada pilfers 2009, ia menjadi Tim Sukses capres Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Ia pun pernah maju sebagai caleg dari Demokrat. Tak hanya itu, ia juga dikabarkan pernah menjadi Tenaga Ahli Komisi III DPR pada 2011.

Harun yang memang memiliki latar belakang pendidikan hukum Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan itu juga aktif sebagai Anggota Perhimpunan Advokat Indonesia dan pernah menjadi Ketua Persatuan Pelajar Indonesia United Kingdom West Midland.[jpc]
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: