logo
×

Minggu, 05 Januari 2020

Tenang Menko Luhut, Sengketa Wilayah Nggak Akan Pengaruh Ke Investasi

Tenang Menko Luhut, Sengketa Wilayah Nggak Akan Pengaruh Ke Investasi

DEMOKRASI.CO.ID - Ketidaktegasan pemerintah Indonesia dalam menangani persoalan masuknya kapal Coast Guard milik China ke Zona Eksklusif Ekonomi (ZEE) Indonesia di perairan Natuna Utara semakin dikritik publik.

Setelah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dianggap kehilangan jati dirinya karena terlalu santai menghadapi persoalan ini, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan juga mengecewakan.

Menurut purnawirawan jenderal TNI ini, persoalan Natuna Utara tidak perlu dibesar-besarkan. Selain menyayangkan kurangnya kemampuan Indonesia dalam mengawasi ZEE, Luhut mengatakan keributan soal Natuna Utara hanya akan mengganggu hubungan baik Indonesia dan China, terutama dalam bidang investasi.

Pada akhir tahun lalu, ketika bertemu Presiden China Xi Jinping, Luhut mengemukakan China siap menjadi investor terbesar di Indonesia. China juga digadang-gadang akan berinvestasi untuk megaproyek Indonesia dalam membangun ibukota baru.

Kendati demikian, persoalan investasi seharusnya tidak perlu dikhawatirkan oleh Indonesia jika membuka buku persoalan pelanggaran di ZEE Natuna Utara.

Pada dasarnya, Gurubesar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana mengatakan, ketegasan Indonesia mengenai Natuna Utara tidak akan merusak hubungan persahabatan kedua negara, bahkan iklim investasi China di Indonesia.

"Jika berkaca pada negara lain, banyak pengalaman negara lain yang memiliki sengketa wilayah, namun tidak berpengaruh pada hubungan persahabatan dan investasi," jelas Hikmahanto kepada Kantor Berita Politik RMOL pada Sabtu malam (4/1).

Pengalaman negara lain yang dimaksud seperti halnya sengketa antara China dan Vietnam, Jepang dan China, bahkan Indonesia dan Malaysia.

Sedikit berbeda dengan Indonesia yang wilayah hak berdaulatnya (sovereign right) diganggu, dalam kasus Vietnam, kedaulatannya (sovereignty) lah yang diklaim oleh China, yaitu Kepulauan Spartly dan Kepulauan Paracel.

Seperti di Indonesia, China juga merupakan salah satu investor utama di Vietnam. Kendati demikian tidak meluluhkan Vietnam untuk tidak vokal dalam sengketa wilayah ini. Vietnam bahkan membawa isu ini ke meja internasional melalui ASEAN dan PBB. Tidak hanya itu, Vietnam juga mengerahkan kehadiraan fisiknya di pulau-pulau tersebut, meski China memiliki kekuatan 10 kali darinya.

Selain China dan Vietnam, ada juga sengketa wilayah antara China dan Jepang, yaitu Kepulauan Diaoyu (sebutan China) atau Senkaku (sebutan Jepang) di Laut China Timur.

Tidak gentar, Jepang bahkan membuat unit pertahanan khusus untuk berpatroli dan mengawasi gerak gerik China.

Tidak perlu jauh-jauh, hubungan Indonesia dan Malaysia juga masih baik meski Malaysia telah mencaplok Pulau Sipadan dan Ligitan dari Indonesia. [rmol]
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: