
DEMOKRASI.CO.ID - Pidato Presiden Joko Widodo di depan sidang gabungan Parlemen Australia, Senin (10/2/2020), berjalan lancar dan disampaikan dalam Bahasa Indonesia. Perdana Menteri Scott Morrison bahkan mengutip pepatah, "Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing".
Jokowi tiba di ruang sidang sekitar Pukul 11:35, molor beberapa menit dari jadwal 11:30 waktu setempat. Ia kemudian menempati kursi di sebelah kiri Ketua DPR Tony Smith yang bertindak memimpin rapat.
PM Morrison yang diberi kesempatan terlebih dahulu untuk berpidato, menyambut Presiden Jokowi dengan ucapan dalam Bahasa Indonesia, "Selamat datang".
"Presiden Widodo, Anda bersama kami di sini di rumah demokrasi kami sebagai pemimpin dari negara tetangga terpenting dan sebagai sahabat tercinta," ujarnya.
"Tak lama setelah saya jadi Perdana Menteri, dalam kunjungan perdana ke luar negeri, saya mendatangi sekolah dengan murid-murid yang antusias," ujar PM Morrison.
Ia pun, katanya, memutuskan untuk bercerita ke mereka sebagaimana yang biasa dilakukan politisi Australia kalau berkunjung ke sekolah.
PM Scott Morrison menceritakan pengalamannya berkunjung ke salah satu sekolah di Indonesia saat menyambut Presiden Jokowi di Parlemen Australia, Senin (10/2/2020). (ABC News: Ian Cutmore)
Dikatakan, Indonesia saat ini memasuki bonus demografi, jumlah anak muda usia 16-30 tahun sebanyak 63 juta atau 24 persen dari total populasi.
Menurut Presiden Jokowi, kebanyakan mereka berwawasan global ingin berkolaborasi untuk berinovasi. Indonesia sekarang memiliki satu decacorn dan empat unicorn yang dimotori oleh anak-anak muda.
Dalam kesempatan ini, ia mengusulkan beberapa agenda prioritas menyongsong satu abad kemitraan kedua negara, 30 tahun ke depan.
Pertama, memperjuangkan nilai demokrasi, hak asasi manusia, toleransi, dan kemajemukan.
"Stop intoleransi, stop xenophibia, stop radikalisme, dan stop terorisme. Terus kikis politik identitas di negara kita dan di berbagai belahan dunia. Baik itu atas dasar agama, etnisitas, identitas askriptif lainnya," ujarnya.
Kedua, memperkuat prinsip ekonomi terbuka, bebas dan adil. "Itu mengapa saya menyambut baik kesepakatan Indonesia - Australia Comprehensive Economic Partnership (IA-CEPA)," kata Presiden Jokowi.
Ketiga, Indonesia dan Australia harus menjadi jangkar (anchor) mitra pembangunan di Kawasan Pasifik.
Dan keempat, menjaga pelestarian alam dan pembangunan berkelanjutan, reboisasi hutan dan daerah hulu sungai, mencegah kebakaran hutan dan lahan, komitmen untuk menurunkan emisi karbon, serta pengembangan energi terbarukan.(dtk)