logo
×

Jumat, 14 Februari 2020

Sebut Agama Musuh Pancasila, Moeldoko: Kepala BPIP Agamanya Tinggi

Sebut Agama Musuh Pancasila, Moeldoko: Kepala BPIP Agamanya Tinggi

DEMOKRASI.CO.ID - Istana Kepresidenan membela pernyataan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi yang menyebut agama ialah musuh terbesar Pancasila. Pihak Istana percaya Yudian tak bermaksud menyudutkan kelompok agama.

"Ya, bisa saja yang memaknainya yang salah. Padahal bukan seperti itu maksudnya," ujar Kepala Staf Presiden Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (13/2/2020).

Moeldoko menyakini Yudian tak sembarangan mengemukakan pemikirannya. Mengingat, pemahaman agama dan kemampuan intelektual Yudian yang mumpuni.

"Beliau itu intelektual dan agamanya juga tinggi. Jadi mesti kita lihat dengan jernih. Jangan dijustifikasi," katanya.

Mengenai permintaan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Ulama Indonesia Anwar Abbas yang meminta Yudian dicopot dari jabatannya, Moeldoko menanggapi santai.

"Ah, terlalu terburu-buru itu," tandasnya.

Sebelumnya, Yudian menilai musuh terbesar Pancasila ialah agama, setelah menyimpulkan berbagai peristiwa yang dilalui bangsa, yang melibatkan Pancasila sebagai ideologi dengan konsep agama maupun pengikutnya.

Awalnya, ia membahas Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang telah diterima oleh mayoritas masyarakat. Hal ini diwujudkan melalui dukungan dua ormas Islam terbesar, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah sejak tahun 1980-an.

Tapi, kata dia memasuki era reformasi asas-asas organisasi termasuk partai politik boleh memilih selain Pancasila, seperti Islam. Kondisi ini dinilai sebagai ekspresi pembalasan terhadap Orde Baru yang dianggap semena-mena.

"Dari situlah sebenarnya Pancasila sudah dibunuh secara administratif," ujarnya dikutip dari Detik.com.

Belakangan juga muncul kelompok yang mereduksi atau mengecilkan kebesaran agama sesuai kepentingannya masing-masing, yang tidak selaras dengan nilai-nilai Pancasila.

Mereka, kata dia antara lain membuat ijtima ulama untuk menentukan calon wakil presiden. Saat manuvernya tak seperti yang diharapkan, bahkan cenderung tak dianggap oleh politisi yang disokongnya, kelompok itu kecewa.

"Si minoritas ini ingin melawan Pancasila dan mengklaim dirinya sebagai mayoritas. Ini yang berbahaya. Jadi kalau kita jujur, musuh terbesar Pancasila itu ya agama, bukan kesukuan," jelas jebolan Harvard dan pesantren itu.

Yudian pun memuji NU dan Muhammadiyah sebagai perwakilan mayoritas masyarakat yang sesungguhnya, namun tetap mendukung Pancasila. Kedua ormas ini, kata dia tak pernah memaksakan kehendak.

Konsep Pancasila sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara yang majemuk seperti Indonesia, kata Yudian merupakan anugerah terbesar dari Tuhan.

Dari sisi sumber dan tujuan, Pancasila dianggap religius. Karena kelima sila yang terkandung di dalamnya dapat ditemukan dengan mudah di dalam kitab suci ke enam agama, yang diakui secara konstitusional di Indonesia.

"Tapi untuk mewujudkannya kita butuh sekularitas bukan sekularisme. Artinya soal bagaimana aturan mainnya kita sendiri yang harus menentukannya," jelas Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: