logo
×

Minggu, 01 Maret 2020

Kenapa Ummat Islam Terus Tertindas di India?

Kenapa Ummat Islam Terus Tertindas di India?

Oleh: Nahdoh Fikriyyah Islam (Dosen dan Pengamat Politik)

Kaum muslimin kini kembali berduka. Dunia dikejutkan dengan aksi brutal hindu ekstrimis dari pendukung partai BJP yang sekarang memimpin India di bawah PM Narendra Modi. Hingga hari ini, korban dikebarkan telah mencapi 30 an lebih menurut beberapa referensi yang bisa dipercaya. Bahkan penuturan dari warga sekitar kejadian(Shaheen Bagh) mengatakan per 27 Februari  2020 kemarin, telah mencapai 35 korban jiwa, dengan lebih 185 korban luka-luka akibat serangan para perusuh.  Tentu kejadian ini melukai hati semua ummat islam di dunia. Apalagi selama ini, konflik yang cenderung terdengar hanyalah berada di perbatasan, yaitu Kashmir. Konflik yang terus bergejolak selama lebih dari 70 tahun. Bahkan PBB sendiri tidak punya solusi untuk menghentikan konflik perbatasan tersebut. Pada akhirnya, konflik terus dibiarkan, dan ketenangan warga muslim Kashmir terus diusik dan dianiaya. Sejarah telah mencatat kondisi muslim di Kashmir yang dibantai dan dibunuh oleh Hindu extrim India bersama restu pemerintah dan aparat keamanannya.

Aksi ricuh dan perlawanan masih terus dilakukan oleh masyarakat Shaheen Bagh demi membela tanah dan simbol-simbol Islam yang tegak disana. Pasalnya, dua mesjid telah dibakar dan ditancapkan bendera Hindu di atas menara. Bahkan rumah-rumah warga juga dibakar hingga penghuni yang ada didalamnya juga ikut terbakar. Seperti salah seorang korban yang terbakar adalah muslimah berusia 85 tahun. Pemuda muslim yang dikeroyok bak binatang, ada yang tertembak tetapi tidak ada pertolongan medis yang boleh turun ke lokasi kericuhan, hingga seorang mudzin mesjid yang dipukuli hingga berlumuran darah. Kini masjid yang dibakar hanya tinggal sisa-sisa dan puing-puing. Sementara luka yang dialami kaum muslimin disana tentu belum lenyap. Adakah Negara muslim yang lain bisa menolong? Atau mungkin korban yang jatuh belum seberapa? Apa yang ditunggu Pakistan, Banglades sebagai Negara tetangga terdekat dan erat hubungannya secara aqidah? Dan kemanakah suara HAM yang katanya berbuat untuk kemanusiaan? India memanggil, dunia bungkam.

 Apa Masalah Paling Krusial Untuk Muslim Di India?

Penyebab utama secara pasti meletusnya aksi penyerangan yang dilakukan oleh kelompok Hindu kepada ummat Islam di New Delhi sebenarnya belum diketahui. Meskipun sebagian analisis mengatakan erat hubungannya dengan amandemen UU kependudukan India (CAA) yang berisi tentang perlakuan tidak adil terhadap warga muslim India yang sudah lama menetap disana. Pasalnya, yang beragam Islam tetap dianggap imigran dan tidak layak mendapatkan kewarganegaraan India, bahkan akan dideportase ke Negara asal. Namun bagi mereka yang beragam Kristen dan Hindu, yang berimigrasi ke India, akan diberikan kewarganegaraan. Isi dari CAA tersebut membuat kaum muslimin di India tidak terima. Hingga beberapa wilayah melakukan aksi penolakan.

Protes terus berlanjut dan tidak dapat dihentikan. Bahkan banyak juga kalangan politisi Hindu, Sikh dan lainnya menolak kebijakan amandemen tersebut. Menurut mereka hal itu akan mencoreng demokrasi dan pluralisme di India yang selama ini baik dimata dunia. Akibatnya, aparat geram melihat para demonstran dan melakukan kekerasan fisik, pemukulan, pengejaran, hingga muslimahnya dilecehkan dan dipukul bagian sensitifnya saat aksi protes berlanjut. Sungguh kejam perlakukan aparat kepolisian India Hindu terhadap demonstran muslim. Wajar saja jika warga muslim tidak terima dan melakukan pembelaan dengan menyerang balik aparat keamanan. Meskipun  konflik akhirnya membesar dan terus berlanjut.

Namun di sisi lain, tidak juga salah jika sebagian mengatakan tidak ada hubunganya dengan amandemen kependudukan yang baru. Kericuhan ini murni sebagai aksi brutal tiba-tiba dari sekelompok Hindu extremis yang memang selalu menyulut kemarahan warga muslim di India. Mereka sering mengganggu baik secara fisik, maupun pidato-pidato politiknya di hadapan publik. Aura kebencian dan mengajak ummat Hindu lain untuk membenci warga muslim di India terus dikampanyekan. Semboyan-semboyan Hndusime kerap dipaksakan kepada ummat Islam agar disebutkan. Seperti kalimat “Jai Shri Ram” yang menjadi trend kalimat yang terus dipaksakan agar warga muslim mengucapkan dan mengakuinya. Ini namanya pemaksaan aqidah bukan?

Pasalnya, pemerintahan India di bawah kepemimpinan Modi adalah penganut Hindu extremist yang berkolaborasi dengan Nazi. Terlihat dari simbol-simbol kebanggan Nazi yang selalu ditunjukkan di acara-acara besar keagamanaan juga kenegaraan. Modi dan gerakannya memiliki sebuah impian untuk menjadikan India sebagai tanah peradaban Hindu. Yang menurut paham mereka, selain warga Hindu adalah najis dan wajib diusir atau dibunuh. Wajah lugu dan bahasa yang santun dari seorang Modi hanyalah trik busuk untuk menutupi agenda jahatnya.

Modi jelas tidak sendirian. Impiannya tentu saja mendapatkan dukungan dari Negara-negara besar seperti USA. Seperti terlihat pada tanggal 24 Februari 2020, Trump mengadakan kunjungan kenegaraan ke India. Demi menutupi keburukan kepemimpinan Modi dan partai BJPnya, penduduk miskin pinggiran kota ditembok agar Trump tidak melihatnya. Atau mungkin itu juga bentuk service pada Tuannya menyajikan yang bagus-bagus saja? Terlepas dari kedua hal tersebut, intinya, yang penting Tuan senang.

Dilansir dari The siyasat daily, seorang wartawan bertanya kepada Trump ketika berkunjung ke India 24 Februari lalu, tentang tanggapannya akan kerusuhan (the riot) yang terjadi saat ini di India. Trump dengan santai menjawab bahwa itu adalah urusan internal pemerintah India. Dan ia (Trump) mengatakan tidak ingin berkomentar jauh soal internal pemerintahan Modi. Bahasa Trump menunjukkan secara makna Modi silahkan berbuat apapun untuk warga muslim di India. Amerika tidak akan memberikan komentar apalagi kecaman. Lalu, dimana Amerika sebagai polisi dunia yang katanya menjaga perdamaian dunia? Mengakhiri perang dan penindasan? Adakah Amerika bersuara untuk menolong kaum muslimin di India?

Dalam sebuah artikel yang menyebutkan pesan dari ulama besar India, Zakir Naik tertulis bahwa, ia mengatakan peristiwa saat ini yang menimpa warga muslim India tidak lepas dari restu pemerintahan India (Modi). Tentu ia paham betul bagaimana watak busuk pemerintah India hingga Zakir Naik sendiripun harus menetap di Malaysia.  Modi baru saja angkat bicara untuk kasus kericuhan yang terjadi. Ia hanya menyeru agar semua tenang dan menahan diri. Lo, bagaimana caranya rakyat menahan diri dengan kondisi dibantai, disiksa, dibunuh secara brutal? Salahkah kelompok teraniaya melakukan pembelaan diri dengan melawan? Sementara meminta pertolongan pada penguasa tidak dipedulikan? Dimana telinga Modi saat nenek berusia 85 tahun dibakar didalam rumahnya?

Benang merah  kericuhan ini sesungguhnya, bahwa bentrokan Hindu-Muslim adalah by design oleh pemerintah India sebagai trik untuk mengusir dan menghabisi warga muslim yang ada India. Mulai dari New Delhi, Assam, UP,  hingga Kashmir. Narendra Modi ingin mendirikan kekuasaan Hindu Extremist dengan peradaban Hindu dan tidak boleh dikotori oleh agama lain khususnya ummat Islam yang berjumlah fantastis sebanyak 200 juta di India. Tentu  dengan kekuasaan yang ia miliki, sesuka hatinya akan membantai dan meneror ummat Islam di India. Sulit diterima akal sehat manusia, jika kelompok rioters itu beraksi brutal, lalu didukung aparat tanpa dukungan penguasanya. Harusnya dunia membuka mata, bahwa Modi adalah satu dari sekian teroris yang menghisap darah manusia khususnya kaum muslimin.

India Dan Peradaban Islam Abad Kejayaan

Bicara tentang India, sebenarnya tidak bisa lepas dari sejarah peradaban Islam. Sebab, India (Sindh) adalah wilayah yang telah ditaklukkan panglima Islam bernama Muhammad bin Qassim. Ia memasuki daratan India dari  kota Daibal (sekarang dikenal dengan Karachi) hingga wilayah Hyedrabad. Pada akhirnya, seluruh tanah Sindh tertaklukkan dan menjadi wilayah kekuasaan Islam.

Selama Islam memimpin India, kemajuan terus meningkat secara infrastruktur, intelektualitas juga kemanan. Para gubernur yang pernah berkuasa di India dikenal sangat toleran dan bijaksana. Syariat Islam menjadi aturan yang mengatur India dan penduduk Sindh berbonding-bondong masuk Islam. Mereka melihat keadilan dan rahmat ajaran Islam. Agama hindu yang sebelumnya dianut mengajarkan kasta-kasta manusia. Namun hadirnya Islam telah menghapuskan sistem kasta di India. Semua mendapatkan hak dan keadilannya dihadapan penguasa.

Banyak saksi bisu kemajuan peradaban Islam di India yang hingga abad ini menjadi pemasukan India dari sektor pariwiasata. Mulai dari Taj Mahal di Agra sebagai ikon dan salah satu keajaiban dunia, adalah bangunan megah nan indah yang dibangun masa kepemimpinan Islam.  konon, dari kunjungan toris ke Taj Mahal, pemerintah India meraup keuntungan sebesar 139,445 juta $. Wow! Pemasukan yang fantastis! Baru dari Taj Mahal. Belum dari istana Shehjehan, Qutub Minar, Kerajaan Mugal juga Kashmir. Wajar, jika India bisa maju pelan-pelan secara ekonomi. Semua panglima dan Sultan India juga sangat terkenal. Bahkan masyarakat India baik muslim maupun Hindu sangat akrab dengan nama-nama Mumtaj Mahal, Bahadur Shah, Jalaluddin Akbar yang sangat fenomenal, Aurangzeb, Jehangir, dsb. Sejarah kejayaan Islam di India sebenarnya mampu mengalahkan pamor cerita-cerita khayal Hindu. Namun karena pemerintahannya bernafaskan Hindu, maka kisah-kisah kayangan dikemas dan dijadikan setiap ikon produk terutama bidang politik, sosial, bisnis hingga entertainment.  Tujuannya agar masyarakat India menerimanya.  Selama Islam memimpin India (Sindh) tidak pernah terdengar warga muslim melakukan pembantaian dan pemerkosaan terhadap wanita-wanita Hindu saat itu. Mereka hidup berdampingan dengan aturan Islam yang mulia serta mendapatkan hak-haknya sebagai bagian dari warga pemerintahan Islam.

Namun pasca perang dunia II Islam jatuh dan dirontokkan oleh Mustafa Kemal bersama Inggris, kaum muslimin kehilangan perisainya. India dibagi-bagi wilayahnya dan diambil alih langsung oleh penjajah Inggris. Dan diatur posisinya saat warga Sindh meminta hak merdeka dari penjajah Inggris.  Mayoritas muslim berada di Pakistan dan juga Bangladesh, sementara yang mayoritas hindu ada di Hindustan (India kini). Kashmir dipecah dua bagian, 2/3 milik Hindustan dan 1/3 milik Pakistan.

Jadilan Pakistan menjadi Negara Republik Islam dibawah kepemimpian Muh Ali Jinnah. Barat telah memecah wilayah kaum muslimin India yang tadinya satu dibawah naungan kepemimpinan Islam akibat runtuhnya Kekhilafahan di Turki.  Kini India telah identik menjadi tanah Hindu. Jumlah yang dulunya mayoritas muslim kini telah minoritas.

Jikalaulah masyarakat Hindu jujur, apakah mereka pernah menerima informasi dari pendahulunya, bahwa ketika masa pemerintahan Islam menguasai India pernah mengalami hal yang sama seperti apa yang dialami oleh warga muslim di India oleh ulah Hindu extrimis?

Ditambah lagi dukungan dunia entertainment Bollywood yang selalu memutar adegan kebengisan warga muslim. Seolah-olah mereka yang Hindu adalah Hero dan warga Muslim adalah mafia. Kebaikan, keadilan, kelembutan selalu dipertontonkan hanya milik Hindu, semenara muslim itu bengis dan keji. La hawla wala quwwata illa billah.

Seharusnya India di bawah Modi itu malu semalu-malunya. Shame on you Modi!. Sebab tanpa Islam dan peradaban Islam, India tidak akan dikenal dunia, India tidak akan memiliki sejarah yang menawan dan layak dikaji sejarawan. Tanpa sumbangan Islam, India tidak akan pernah maju! Karena dengan masuknya pemikiran Islam dan penerapan syariat Islam, kaum Hindu diperkenalkan belajar dan kaum wanitanya juga mendapatkan hak yang sama untuk menuntut ilmu. Sebelumnya, kaum Hindu dengan keyakiannya, bahwa wanita adalah budak/pelayan pria. Bayangkan, betapa mulianya syariat Islam membebaskan wanita Hindu dari kungkungan keterbelakangan pemikiran mereka. Maka sekali lagi katakanlah kepada pemerintah India, shame on you India!

Dunia akan diam jika PBB tidak bersuara. Dan PBB tidak akan bersuara jika AS mengatakan konflik India adalah urusan internal Modi. Maka warga muslim di India akan terus diperlakukan tidak adil dan diteror. Nasib kaum muslimin di wilayah monoritas akan terus mengalami hal yang sama, yaitu pengucilan, ketidakadilan, penindasan, pembantain hingga fitnah. Bahkan di negeri mayoritas saja hal itu juga terjadi. Persoalan utamanya adalah kaum muslimin yang berjumlah lebih 1,5 M tidak punya kekuatan dan kekuasaan. Tidak ada institusi politik yang menyatukannya. Institusi politik yang menjadikan ummat Islam India dan seluruh dunia satu dalam kepemimpinan dan memiliki kekuatan. Dan kekosongan ini adalah persoalan pokok yang harus segera diselesaikan. Dengan institusi politik itu, syariat Islam bisa diterapkan dan ummat Islam akan mengulang kembali masa kejayaannya.

Institusi itu bernama Khilafah. Khilafah yang dihancurkan Mustafa kemal dan Inggris menjadikan kaum muslimin tersekat-sekat dan tidak peduli satu sama lain. Sekalipun ada rasa iba, namun hanya sebatas mengecam dan mengutuk. Padahal negeri muslim jika disatukan memiliki pasukan militer yang hebat. Katakana saja Pakistan dan Bangladesh, sebagai wilayah terdekat dengan India. Jika kedua wilayah tersebut mengirimkan bala tentaranya menolong warga muslim India dan Kashmir, tentu akan menggetarkan Modi. Tetapi semua itu hanya akan terwujud jika Pakistan, Banglades, Afganistan, Turki, Iraq, Arab Saudi, Malaysia, Marokko, Brunai, Indonesia, Maladewa, Palestina, dan Suriah menjadi satu kepemimpinan Islam. Dan itu akan segera terwujud. Sebab Khilafah adalah janji dari Allah kepada RasulNya. Wallahu a’lam bissawab.
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: