logo
×

Sabtu, 28 Maret 2020

Khawatir Corona Picu Kerusuhan, Warga AS Borong Senpi

Khawatir Corona Picu Kerusuhan, Warga AS Borong Senpi

DEMOKRASI.CO.ID  - Sejumlah toko senjata api di Amerika Serikat melaporkan penjualan mereka meningkat dalam dua pekan belakangan, meski sedang merebak wabah virus corona.

Seperti dilansir AFP, Jumat (27/3), diduga hal itu berkaitan dengan kekhawatiran yang ada di benak penduduk AS jika terjadi gejolak sosial sebagai dampak pandemi virus corona.

"Penjualan kami meningkat 800 persen. Persediaan saya masih ada, tetapi sebentar lagi bisa habis," kata pemilik toko senjata Dong's Guns, Ammo and Reloading, David Stone, di Tulsa, Oklahoma.

Stone mengatakan kebanyakan pembelinya saat ini adalah mereka yang masih awam soal senjata api. Makanya mereka tidak banyak memilih dan membeli apapun jenis senjata yang tersedia.

"Ini karena kekhawatiran akibat virus corona. Saya sendiri tidak mengerti dan saya pikir hal itu tidak beralasan," ujar Stone.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari ini, ada 63.570 kasus virus corona di Amerika Serikat, dengan 884 kematian. Namun, menurut data Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins, ada 85.840 kasus virus corona di AS, dengan 1.296 orang meninggal dan 753 orang sembuh.

Sejumlah pakar berpendapat jika Presiden AS, Donald Trump, tidak mengambil langkah terobosan yang jitu, maka negara tersebut bisa bernasib sama seperti Italia. Yakni terus terjadi lonjakan kasus dan jumlah kematian yang cukup tinggi.

Bahkan, jumlah kematian virus corona di Italia sudah melampaui China yang menjadi awal pusat penyebaran sumber penyakit Covid-19 tersebut.

Sejumlah pemilik toko senjata di AS selain Stone juga mengatakan hal yang sama. Mereka menyaksikan penjualan senjata meningkat karena orang-orang khawatir jika kondisi layanan kesehatan dan ekonomi terganggu sebagai dampak virus corona maka bisa memicu gejolak di masyarakat.

Pemilik toko senjata Lynnwood Gun, Tiffany Teasdale, yang berada di Washington bahkan mengatakan pembeli rela antre di depan tokonya satu jam sebelum dibuka.

"Kami punya masa yang kami sebut hari sibuk, dimana kami bisa menjual 20 sampai 25 pucuk senjata api. Sekarang kami bisa menjual sampai 150 pucuk senjata," kata Teasdale.

Teasdale bahkan sengaja menyewa tukang pukul untuk memeriksa latar belakang pembeli dan menjaga kondisi toko tetap tenang.

Menurut Teasdale, saat ini seluruh persediaan senjata api jenis shotgun dan amunisinya di seluruh AS semakin menipis. Peluru untuk pistol juga semakin sulit didapat.

"Banyak orang membeli shotgun, pistol, (senapan semi otomatis) AR-15, apapun," ujar Teasdale.

Teasdale mengatakan seluruh pembelinya saat ini adalah orang awam atau pemula. Untuk itu dia harus memeriksa latar belakang konsumen, sekaligus memberi saran bagaimana mereka harus mempergunakan senjata tersebut.

"Pembelinya lelaki, perempuan, tua, muda, semuanya beli senjata. Termasuk dari seluruh latar belakang dan ras, kulit hitam, Asia, India, keturunan Latin," ujar Teasdale.

Dari hasil perbincangan dengan konsumen, Teasdale mendapat berbagai cerita unik. Salah satunya mengaku sengaja membeli senjata karena takut setelah melihat dua orang terlibat duel hanya karena berebut air mineral di toko.

Lain lagi dengan penduduk di Utah, Nick Silverri. Dia mengatakan sengaja membeli shotgun untuk melindungi diri, tetapi kini kesulitan mendapatkan amunisi.

"Shotgun sepertinya senjata api yang cocok untuk melindungi diri jika Covid-19 akibat virus corona membuat orang-orang menjadi liar dan gila," ujar Nick.

Jordan McCormick, direktur pemasaran perusahaan pembuat senjata api, Delta Team Tactical, mengatakan mereka kini bekerja tanpa henti untuk memenuhi permintaan yang tinggi. Sebagian besar produk yang mereka buat adalah senapan AR-15.

"Pekan lalu semua hal berubah menjadi gila. Itu seperti menyiram api dengan bensin," ujar McCormick.

McCormick mengatakan kekhawatiran penduduk AS adalah jika penguncian wilayah (lockdown) diterapkan, maka seluruh toko senjata akan tutup. Hal ini membuat mereka yang mendukung penggunaan senjata api akan terancam.

"Banyak orang ingin melindungi diri. Jika mereka pergi bekerja dan orang-orang mulai menjarah, maka mereka ingin mampu melindungi diri, harta dan keluarga," kata McCormick. (cnn)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: