logo
×

Sabtu, 14 Maret 2020

Menyibak Gagalnya Sistem Peringatan Dini China Terhadap Wabah Virus Corona

Menyibak Gagalnya Sistem Peringatan Dini China Terhadap Wabah Virus Corona

DEMOKRASI.CO.ID - Virus corona menyebar begitu cepat di Wuhan, tempat di mana pertama kali virus itu muncul. Padahal, sebelumnya pengawas penyakit menular mengatakan epidemi seperti SARS tidak akan terjadi lagi.

Ketika China sedang berjuang memberantas wabah ini, banyak orang bertanya, kemana sistem peringatan dini yang telah dibangun negara itu, ketika wabah SARS terjadi, yang telah menghabiskan dana hingga lebih dari 200 miliar yuan (setara 28,6 miliar dolar AS)?

Satu tahun yang lalu, Maret 2019, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok (CDC) Gao Fu, dalam keterangan resminya menyatakan, virus dapat muncul kapan saja, tetapi di masa depan virus itu tidak ada lagi sehingga tidak akan terjadi epidemi seperti SARS pada 2002-2003.

Nyatanya, klaim itu menjadi bumerang buruk. Virus corona baru muncul di Wuhan ibukota provinsi Hubei dan kini telah dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO. Hasil penelitian menyebutkan virus berasal dari keluarga kuman yang sama dengan SARS.

Pengalaman atas peristiwa wabah SARS mendorong kepemimpinan Beijing untuk merombak sistem pengendalian penyakit menularnya dalam upaya untuk mencegah epidemi di masa depan. Banyak yang berharap sistem tersebut bekerja dengan baik sehingga kasus yang sama tidak akan terulang.

"Kami menghabiskan 730 juta yuan untuk membangun sistem pelaporan dan peringatan dini untuk CDC setelah SARS," ujar Yang Gonghuan, mantan wakil direktur CDC, melansir SCMP, Jumat (13/3).

Sistem itu bekerja dengan baik dan tepat untuk flu burung dan wabah, meskipun memiliki skala yang jauh lebih kecil dari wabah virus corona.

Yang Gonghuan pun harus menelan kekecewaan karena sistem tersebut gagal mengatasi wabah virus corona yang menyerang Wuhan, sampai-sampai Wuhan harus mendapat status zona merah.

“Sepanjang Desember ketika penyakit itu terjadi, saya mempelajari apa yang terjadi dan ternyata sistem itu tidak digunakan. Saya sangat terkejut [itu terjadi] pada saat itu,” lanjut Yang.

“[Kegagalan] ini sebenarnya mencontohkan banyak masalah yang terjadi di Tiongkok saat ini,” urainya Yang dengan prihatin.

Sebuah dokumen yang bocor dari Rumah Sakit Pusat Wuhan - salah satu fasilitas yang ditunjuk untuk pasien Covid-19 - minggu ini secara tidak langsung mengkonfirmasi bahwa sistem peringatan dini tidak diaktifkan selama periode awal wabah.

Dokumen itu memperlihatkan para dokter di bawah instruksi untuk tidak melaporkan kasus apa pun sampai mereka diperiksa dan disetujui oleh penyelia mereka. Mereka juga dilarang mengungkapkan informasi apa pun kepada publik tanpa izin.

Berbicara pada konferensi pers pada akhir Februari, Zhong Nanshan, salah satu pakar penyakit pernapasan Tiongkok, dalam konferensi persnya menyatakan ia menyesali pelemahan fungsi CDC dalam beberapa tahun terakhir.

"[CDC] tidak bisa melapor ke pemerintah pusat secara langsung, dan tidak bisa mengeluarkan peringatan publik," katanya. "Jika itu tidak berubah, epidemi baru akan terjadi lagi."

Dalam sebuah makalah yang dikirim ke jurnal medis  The Lancet pada bulan Februari, Zhong dan tim penelitiannya memperkirakan jumlah infeksi bisa berkurang setengahnya jika China membunyikan alarm dan menutup Wuhan hanya lima hari sebelumnya.

Lu Jiahai, seorang profesor yang mempelajari epidemiologi di Universitas Sun Yat-sen di Guangzhou, mengatakan epidemi akan dapat dicegah jika sistem bisa berfungsi sebagaimana dimaksud.
"Sistem seharusnya bisa membunyikan peringatan dini dan penyakit itu bisa dicegah," katanya.

“Epidemi telah menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki bagi orang-orang di seluruh dunia. Ini bencana bagi manusia. Kita semua harus merenungkan tanggung jawab kita atas bencana ini, alih-alih menunjukkan jari.”

Bagi Yang, mantan wakil direktur CDC China, wabah virus corona mencerminkan kegagalan tanggung jawab oleh beberapa pakar Cina.

“Adalah tugas para ahli untuk mencari tahu dan mengatakan yang sebenarnya. Mereka harus meminta maaf karena gagal mengingatkan pembuat kebijakan dan masyarakat [tentang penyakit ini]. Saya merasa sangat sedih tentang ini, ”katanya.

"Tidak ada yang berani mengatakan kebenaran dan ini menunjukkan bahwa orang belum belajar dari pengalaman peristiwa wabah SARS."

Terlepas dari kritik, yang telah beredar luas di China sejak wabah virus coron baru, Gao dan pejabat CDC lainnya telah menolak untuk menanggapi. Mereka mengatakan saat ini prioritas mereka adalah pengendalian penyakit. (Rmol)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: