logo
×

Minggu, 17 Mei 2020

Isu Mudik Ramai Diperbincangkan, Indef: Sudah Jadi Lelucon Lanjutan Dari Kebijakan Pemerintah

Isu Mudik Ramai Diperbincangkan, Indef: Sudah Jadi Lelucon Lanjutan Dari Kebijakan Pemerintah

DEMOKRASI.CO.ID - Ketidaktegasan larangan mudik dan meningkatnya pengangguran akibat pandemik Covid-19 paling dominan diperbincangkan di media sosial.

Hal itu diketahui berdasarkan riset big data bertajuk “Kebijakan Covid-19” yang digelar Indef-Datalyst Center pada 27 Maret hingga 9 April.

Di mana, mayoritas warganet membicarakan masalah dan isu tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mencapai tidak kurang dari 171 ribu perbincangan. Analisis sentimen terhadap isu ini sekitar 79 persen negatif dan hanya 21 persen yang positif.

Dari delapan isu yang diperbincangkan, pengangguran akibat Covid-19 dan ketidaktegasan larangan mudik yang paling dominan diperbincangkan warganet.

Sebanyak 64.146 perbincangan soal pengangguran akibat Covid-19. Mayoritas warganet memberikan reson negatif, yakni sebanyak 84 persen dan hanya 16 persen yang memberikan respon positif.

"Aturan boleh atau tidak mudik merupakan percakapan yang cukup besar jumlahnya 44.879 percakapan. Percakapan tentang mudik ini mendapat sentimen negatif 54 persen, sisanya 46 persen mendapat sentimen positif," ucap peneliti senior Indef, Didik J. Rachbini, Minggu (17/5).

Isu mudik mendapat perhatian yang sangat besar karena sangat erat dengan penyebaran virus Covid-19.

Apalagi, pejabat pemerintah kerap kali mengeluarkan statemen atau kebijakan yang berubah-ubah.

"Itu berarti publik warganet memperhatikan sambil khawatir tentang kebijakan pemerintah yang dianggap tidak tegas," kata Didik.

Isu mudik ini kata dia, akan terus menjadi perbincangan karena pemerintah dianggap masih bingung.

"Mudik sudah dilarang, tetapi presiden membuat pernyataan pulang kampung boleh. Ini diperkirakan menjadi lelucon lanjutan dari kebijakan pemerintah yang mendapat tanggapan sentimen negatif secara keseluruhan," terangnya.

Secara total survei ini melibatkan hampir setengah juta percakapan atau 476.000 percakapan dengan jumlah akun/orang mencapai 397,2 ribu orang. Buzzer yang melakukan percakapan berulang-ulang dihilangkan untuk meningkatkan obyektivitas dari riset big data ini.

Setelah data terkumpul dengan kata kunci, maka peneliti Indef-Datalyst Center, melakukan berbagai penyaringan. Salah satunya analisis sentimen menggunakan metode Aspect-based Sentiment Analysis.

Analisis ini berguna mengetahui tendensi (sentiment) dari suatu pembicaraan terhadap masing-masing objek yang dianalisis (aspect-based). (Rmol)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: