DEMOKRASI.CO.ID - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo meminta Jawa Timur lebih fokus membuat kajian dan memetakan seluruh permasalahan yang menjadi pemicu tingginya angka kematian pasien. Kajian dan pemetaan akan menjadi dasar awal untuk dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan dan kebijakan penanganan sesuai kondisi dan kebutuhan setiap wilayah.
”Perlu dilakukan kajian yang menjadi penyebab utamanya,” ujar Doni seperti dilansir dari Antara di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Rabu (24/6) petang.
Menurut dia, berdasarkan catatan gugus tugas pusat, angka penambahan kasus Covid-19 di Jawa Timur semakin tinggi dan menyusul wilayah DKI Jakarta, bahkan angka kematiannya tertinggi secara Nasional. Sesuai data per Rabu pukul 12.00 WIB, di Jatim angka kematian yang disebabkan Covid-19 mencapai 750 kasus, sedangkan DKI Jakarta 602 kasus.
Selain itu, Doni meminta agar Pemprov Jatim segera mengambil langkah serius untuk memutus penyebaran Covid-19 melalui beberapa pendekatan masyarakat. Salah satunya dimulai dari peran para anggota keluarga. Hal itu menyusul adanya paparan dari Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengenai munculnya klaster baru di wilayah setempat, yakni klaster jenazah.
Doni berharap agar peningkatan kapasitas dan pemahaman masyarakat dalam penanganan jenazah Covid-19 harus ditingkatkan sehingga tidak ada lagi upaya pengambilan jenazah pasien terkonfirmasi Covid-19 secara paksa pihak keluarga.
”Setiap ada pasien yang relatif sudah risikonya tinggi, ini perlu penegasan kepada keluarga untuk disampaikan sehingga mereka tidak gegabah mengambil alih jenazah yang dampaknya akan timbul kasus baru,” ujar Doni.
Pada kesempatan sama, Doni Monardo juga mengapresiasi Gugus Tugas Covid-19 Jatim atas kinerjanya dengan capaian pemeriksaan hingga 2.000 spesimen per hari. Karena itulah, lanjut dia, yang kemudian menjadi salah satu faktor tingginya peningkatan angka kasus Covid-19 di wilayah Jatim dengan variasi rata-rata hingga 300 per hari.
”Perlu diapresiasi karena telah melampaui 2.000 spesimen per hari, oleh karena itu wajar kalau setiap hari bisa mendapatkan variasi hingga rata-rata 200–300 per hari,” kata Doni.[jpc]