logo
×

Selasa, 09 Juni 2020

Kisah Cinta Tak Kenal Usia Nenek Gambreng dan Pria Muda

Kisah Cinta Tak Kenal Usia Nenek Gambreng dan Pria Muda

DEMOKRASI.CO.ID - Cinta memang tak pandang usia. Di Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan (Sumsel), pernikahan seorang pemuda dengan nenek berusia 65 viral dan jadi perbincangan. Bagaimana kisahnya?

Kisah pernikahan Ardi (27) dan Sri Sutiyem (65) alias nenek Gambreng awalnya dari rekaman video dan foto yang viral di media sosial. Dalam video itu, Ardi dan Nenek Gambreng sedang duduk bersanding sebagai pengantin.

Ijab kabul keduanya digelar Jumat (5/6) kemarin. Dari video yang beredar, Ardi selaku mempelai pria tampak gugup. Begitu pun Nenek Gambreng, yang terus menoleh ke kanan kiri melihat tamu yang hadir.

Meski demikian, ijab kabul lancar. Keduanya sah menjadi suami istri. Kepala Desa Bumi Arjo, Joko Wahyudi membenarkan kalau pernikahan antara Ardi dan Nenek Gambreng itu merupakan warganya.

"Benar, pernikahan yang sedang ramai itu warga saya. Mas Ardi dan Sri Jamu, biasa dipanggil mbah atau nenek Gambreng oleh warga sini," kata Joko, Senin (8/6/2020).

Berdasarkan penuturan Joko, Ardi belum pernah menikah sebelumnya. Sementara Nenek Gambreng tinggal seorang diri di dekat kuburan Desa Bumi Arjo.

Joko selaku Kepala Desa setempat mengaku kaget dengan pernikahan Ardi dan Nenek Gambreng. Dia menyebut pernikahan keduanya menikah di bawah tangan.

"Mereka menikah di bawah tangan, tidak resmi di KUA," ujar Joko.

Dituturkan Joko, baik Ardi maupun Nenek Gambreng disebutkan sudah saling kenal cukup lama. Keduanya aktif di komunitas kesenian yang ada di Lempuing dalam beberapa tahun terakhir.

"Sama-sama aktif juga di kesenian kuda lumping. Yang mempelai perempuan tidak punya anak, suami juga sudah tidak ada, hanya anak angkat saja banyak," kata Joko.

Joko melanjutkan, pernikahan keduanya berlangsung di rumah Nenek Gambreng dengan mahar Rp 100 ribu. Joko menyebut, mahar tersebut merupakan permintaan dari mempelai perempuan.

Tak banyak tamu undangan yang hadir di hari bahagia Ardi dan Nenek Gambreng. Karena memang, acara pernikahan digelar terbatas oleh keluarga dan pihak RT/RW di tengah pandemi.

"Kenapa mahar Rp 100 ribu? Itu permintaan dari mempelai perempuan karena itu sama-sama tidak mampu, jadi diminta mahar segitu," kata Joko.

Dia mengatakan kedua keluarga setuju soal pernikahan. Hal itu ditandai dengan kehadiran keluarga dalam akad nikah.

Usai melangsungkan pernikahan, keduanya kini tinggal di rumah milik nenek Gambreng di dekat kuburan desa itu. Sri Sutiyem disebut sudah tinggal di Desa Bumi Arjo, Lempuing, Sumatera Selatan (Sumsel), sejak tahun 1980-an.(dtk)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: