DEMOKRASI.CO.ID - Menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang sempat berada di level Rp13.973 jadi perhatian publik terutama di media sosial. Isu menguatnya rupiah terhadap dolar AS membuat pegiat medsos Denny Siregar terlibat friksi dengan penceramah Tengku Zulkarnain.
Kedua figur ini memang berbeda pandangan politik. Denny dikenal sebagai salah seorang pegiat medsos yang pro terhadap pemerintahan Joko Widodo. Berbeda dengan Tengku Zul yang aktif mengkritisi pemerintahan Jokowi.
Awalnya, Denny menulis di akun Twitternya @Dennysiregar7 pada Jumat, 5 Juni 2020. Dalam cuitannya itu menyinggung penguatan rupiah terhadap dolar AS. "Satu dollar sudah berapa rupiah ya sekarang?," tulis Denny yang dikutip pada Selasa, 9 Juni 2020.
Pun, Denny kembali menulis cuitan pada Senin, 8 Juni 2020 dengan menyebut nama Tengku Zulkarnaen.
"Ayah naen @ustadtengkuzul, berapa posisi Rupiah terhadap dollar sekarang? Biasanya jago kalo bahas ini," ujar Denny.
Merespons cuitan Denny, Tengku pun memberikan komentarnya. Ia menyinggung pernyataan Presiden Jokowi yang pernah berjanji dolar AS di bawah Rp10 ribu.
Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu pun menyoroti harga bahan bakar minyak atau BBM yang juga sampai sekarang belum turun.
"Kan Dolar janjinya di bawah 10.000. Dolar turun pun rakyat terlanjur melarat... O, ya BBM nggak turun turun apa nyangkut di tiang jemuran ya?," tulis Tengku.
Tak hanya membalas lewat komentar, Tengku pun mencuit dengan menyebut nama Denny Siregar. Ia heran Denny yang bangga dengan buat status rupiah perkasa terhadap dolar AS. Padahal, kata dia, di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY, dolar AS pernah di bawah Rp10 ribu.
"Bung @Dennysiregar7 buat status Rupiah PERKASA. Saya lihat di indeks masih Rp 14.002.80.
Kenapa bangga luar biasa, ya? Zaman pak SBY Dolar di bawah Rp 10.000. Apa mata dia dkk belum melek melek? Padahal hutang terbaru sudah dipatok Rp 14.000 juga," tulis Tengku.
Bung @Dennysiregar7 buat status Rupiah PERKASA.— tengkuzulkarnain (@ustadtengkuzul) June 8, 2020
Saya lihat di indeks masih Rp 14.002.80.
Kenapa bangga luar biasa, ya?
Zaman pak SBY Dolar di bawah Rp 10.000.
Apa mata dia dkk belum melek melek?
Padahal hutang terbaru sudah dipatok Rp 14.000 juga. pic.twitter.com/8uuHmku7My
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan pada perdagangan awal pekan ini, Senin, 8 Juni 2020. Rupiah bergerak di kisaran Rp13.800 per dolar AS.
Perdagangan di pasar spot pada Senin kemarin, rupiah ditransaksikkan di level Rp13.891 per dolar AS, atau menguat 0,21 persen dari level perdagangan akhir pekan lalu, Jumat, 5 Juni 2020 di posisi Rp13.920. Bahkan, rupiah sempat menyentuh angka Rp13.847 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, mengatakan, pergerakan positif itu seiring dengan sentimen baik pelaku pasar keuangan terhadap membaiknya perekonomian AS, setelah adanya kebijakan relaksasi pembatasan sosial atau lockdown.
Data tenaga kerja AS, baik Non-Farm Payrolls (NFP) dan tingkat pengangguran yang dirilis akhir pekan lalu, kata dia, menunjukkan penambahan jumlah orang yang dipekerjakan di luar sektor pertanian dan pemerintahan sebanyak 2,5 juta orang. Tingkat pengangguran pun turun menjadi 13,3 persen, dari sebelumnya 14,7 persen.
"Data tenaga kerja AS yang lebih baik ini karena kebijakan AS yang sudah mulai membuka perekonomiannya, meskipun masih terkena wabah (Covid-19). Pasar pun masih berekspektasi positif terhadap upaya pembukaan ekonomi di negara-negara pandemi yang lain," kata Ariston, melalui pesan singkat, Senin, 8 Juni 2020. []