DEMOKRASI.CO.ID - Pertarungan antara politisi PDI Perjuangan, Adian Napitupulu dengan Menteri BUMN, Erick Thohir bisa dikatakan sebagai langkah awal pertarungan perebutan pada Pilpres 2024.
Pakar politik dan hukum Universitas Nasional Jakarta, Saiful Anam mengatakan, pertarungan antara Adian dan Erick memiliki kepentingan yang berbeda diantara keduanya.
Kepentingan Erick jelas untuk mengisi orang yang dianggap kompeten dan loyal kepadanya. Sedangkan kepentingan Adian, bisa jadi ingin mendistribusikan orang-orangnya untuk menduduki jabatan penting di BUMN.
"Pertarungan dan gejolak antara Adian versus Erick saya menilai adanya kepentingan yang berbeda antar keduanya. Bahkan, ini bisa jadi merupakan awal pertarungan perebutan Pilpres 2024 mendatang," ujar Saiful Anam kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (27/7).
Dan kalau lebih condong pertarungan perebutan pilpres, Presiden Joko Widodo diharapkan bisa mencegah Erick yang sangat berpeluang akan melawan jagoan partainya pada pilpres nanti.
"Jangan sampai Jokowi justru membesarkan anak macan, dalam hal ini kemungkinan Erick yang akan berpeluang melawan jago dari PDIP di musim pilpres mendatang," tutup Saiful Anam.
Penunjukan komisaris dan direksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dipersoalkan oleh anggota DPR PDIP, Adian Napitupulu.
Sekjen Pena 98 itu mengatakan, semua komisaris dan direksi di perusahaan pelat merah yang diangkat Menteri BUMN, Erick Thohir adalah titipan.
Sementara itu, nama Erick Thohir sudah mulai digadang-gadang terutama di media sosial, bakal maju di pilpres yang akan datang.
Dan namanya keluar dalam survei nasional Indikator.
Berikut elektabilitas 15 calon presiden jika pemilihan dilakukan sekarang (periode 13-16 Juli 2020):
Ganjar Ganjar Pranowo (16,2 persen)
Anies Baswedan (15 persen)
Prabowo Subianto (13,5 persen)
Sandiaga Salahudin Uno (9,2 persen)
Ridwan Kamil (8,6 persen)
Agus Harimurti Yudhoyono (6,8 persen)
Khofifah Indar Parawansa (3,6 persen)
Puan Maharani (2 persen)
Gatot Nurmantyo (1,4 persen)
Tito Karnavian (1,3 persen)
Erick Thohir (1 persen)
Mahfud MD (0,8 persen)
Airlangga Hartarto (0,3 persen)
Budi Gunawan (0,2 persen)
Muhaimin Iskandar (0,2 persen). [gr]