logo
×

Jumat, 31 Juli 2020

Prof Sri Edi Swasono: Dulu Merdeka Untuk Berdaulat, Sekarang Kedaulatan Justru Dijual Dengan Berutang Ke Asing

Prof Sri Edi Swasono: Dulu Merdeka Untuk Berdaulat, Sekarang Kedaulatan Justru Dijual Dengan Berutang Ke Asing

DEMOKRASI.CO.ID - Indonesia saat ini sudah tidak mandiri lantaran selalu bergantung pada luar negeri. Namun sayangnya, pemerintah seolah tak sadar bahayannya bila ketergantungan terhadap utang luar negeri.

Begitu kata Gurubesar Ekonomi Universitas Indonesia, Prof Sri Edi Swasono saat menjadi narasumber di Bravos Radio Indonesia.

"Kebesaran ekonomi kita bukan kebesaran ekonomi kemandirian. Dulu kita merdeka itu untuk mandiri, untuk berdaulat. Kita sekarang menjuali kedaulatan, tidak mandiri, sembarangan utang, utangnya kebanyakan. Enggak peduli utang lagi, utang lagi, utang lagi," ujar Prof Sri Edi Swasono dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (31/7).

Melihat kecenderungan pemerintah yang rajin berutang, ia pun ragu bahwa pemerintah sebenarnya tak sadar dengan bahaya bila terus-terusan berutang ke luar negeri.

"Bahayanya pembangunan kolaps, banyak orang meramalkan bahwa kita tidak bisa membayar utang. Utang tidak akan terbayar, (imbasnya) membebani generasi mendatang. Padahal tempo hari kita bersyukur Pak Mahathir waktu jadi Perdana Menteri (Malaysia) sempat mengingatkan kita, hati-hati dengan utang dari China, karena ini adalah jebakan utang," jelas Prof Sri Edi.

Pemerintah, kata dia, harusnya segera berbenah dengan merombak pembangunan dalam negeri berdasarkan kemandirian serta kesadaran kedaulatan nasional, termasuk meningkatkan kewaspadaan.

"Bagaimana orang-orang keturunan asing, semua WNI keturunan asing tak cuma China saja, juga yang Arab, juga yang India, juga yang lain-lain, itu lahir di sini, besar di sini, menikmati hidup di sini. Mbok ya mencintai Ibu Pertiwi ini. Jangan hatinya kepada negara leluhur masing-masing, cintalah pada Ibu Pertiwi," terang Prof Sri Edi.

Hal tersebut ditekankan karena ia merasa nasionalisme dan pembangunan karakter bangsa sendiri masih amburadul dan semrawut selama hampir 75 tahun merdeka.

"Jadi sesungguhnya siapa yang gagal? Barangkali yang gagal sistem pendidikan kita, tidak membentuk nation building and character building dengan baik," pungkasnya. (Rmol)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: