logo
×

Minggu, 12 Juli 2020

Saat Tommy Bubarkan Munaslub Berkarya karena Dinilai Inkonstitusional

Saat Tommy Bubarkan Munaslub Berkarya karena Dinilai Inkonstitusional

DEMOKRASI.CO.ID - Ketum Partai Berkarya, Hutomo Mandala Putra turun membereskan manuver sejumlah kader yang menamakan diri Presidium Penyelamat Partai Berkarya. Bahkan pria yang dikenal dengan panggilan Tommy Soeharto membubarkan langsung munaslub yang digelar Presidium Penyelamat Partai itu.
Presidium Penyelamat Partai Berkarya sempat muncul dengan menyerang pengurus DPP Partai Berkarya. Mereka juga mendesak penyelenggaraan munaslub.

Desakan ini mengacu gagalnya Berkarya menembus parlemen 2019-2024. Selain itu, presidium ini menyebut DPP Berkarya tak menentu nasibnya usai gelaran pemilu. Presidium Penyelamat Partai Berkarya juga mengklaim mereka hadir karena ingin menyelamatkan Berkarya.

Hingga akhirnya, Presidium Penyelamat Partai Berkarya kembali muncul dan menyatakan akan menggelar munaslub pada 11 Juli 2020. Wakil Ketua Presidium Penyelamat Partai Berkarya Badaruddin Andi Picunang mengungkap munaslub dilakukan untuk melakukan evaluasi, perubahan, dan pengembangan partai. Andi menuturkan, meski permintaan evaluasi telah disampaikan, selama ini Partai Berkarya belum pernah melakukannya.

Persiapan kami untuk menghadapi munas ini dalam rangka evaluasi lokal perubahan anggaran dasar/anggaran rumah tangga terkait dengan pengembangan partai ke depan untuk menghadapi Pemilu 2024," kata Andi, Kamis (2/7/2020).

Terkait bursa ketum, Andi mengatakan saat ini terdapat dua kandidat, yakni Tommy dan Muchdi Purwoprandjono atau Muchdi Pr. Andi mengatakan munaslub dilakukan bukan untuk membenturkan keduanya. Namun, bila Muchdi memimpin, diharapkan Tommy menjabat sebagai dewan pembina.

"Selain Pak Tommy, ada Muchdi Pr. Saya kira hanya dua. Tentunya dua-duanya ada pendukung, pendukung status quo kondisi seperti sekarang ini tentu ke Tommy, kalau ingin perubahan tentu ke Pak Muchdi," sebutnya.

Atas manuver Andi Cs itu, Tommy sudah mengeluarkan ancaman. Pada Rabu (8/7), ia mengancam akan mencopot kadernya yang mendesak menggelar Munaslub. Tindakan itu, menurutnya sesuai dengan AD ART partai.

"Dengan izin rapat pleno ini dan dukungan DPW, saya akan ambil tindakan tegas untuk mencabut keanggotaan dan mencopot sebagai pengurus juga sebagai anggota majelis tinggi partai, karena hal itu dimungkinkan sesuai AD ART," kata Tommy seperti dikutip Antara, Rabu (8/7).

Tommy menyebut manuver Presidium Penyelamat Partai Berkarya menimbulkan pro-kontra di internal Berkarya baik di tingkat DPP, DPW, DPD, DPC dan bahkan juga pada anggota partai. Ia juga menyebut dinamika yang terjadi sudah kebablasan.

Meski sudah diancam Tommy, Presidium Penyelamat Partai Berkarya tetap menggelar munaslub pada Sabtu (11/7/2020) di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan. Sejumlah kader tampak hadir dalam munaslub tersebut.

Tak tinggal diam, Tommy pun langsung turun gunung. acara. Ia didampingi oleh Sekjen Berkarya, Priyo Budi Santoso dan sejumlah petinggi partai lain datang ke lokasi dan membubarkan munaslub itu.

Maju ke depan bersama sejumlah petinggi Berkarya, Tommy lalu meminta agar kader yang hadir membubarkan diri. Ia yang hadir bersama sejumlah Ketua DPW Berkarya meminta peserta Munaslub untuk keluar dari lokasi acara.

Masih ada para pesertanya (Munaslub) yang hadir di hotel ini. Hari ini mereka harus keluar dari hotel ini," kata Tommy di lokasi.

Sekjen Berkarya Priyo Budi Santoso menyatakan munaslub yang digelar Presidium Penyelamat Partai merupakan perbuatan ilegal. Para inisiatornya pun dipastikan dipecat dari partai.

"Dalam rapat keputusan yang telah dilakukan oleh DPP, dalam rapat plenonya, apa yang menamakan dirinya Presidium Penyelamat Partai itu adalah ilegal, inkonstitusional dan melawan partai. Kemudian rapat memutuskan mereka diberhentikan dari pengurus maupun dari keanggotaan Partai Berkarya," jelas Priyo dalam kesempatan yang sama.

Priyo menegaskan para pimpinan Berkarya daerah dan organisasi partai merasa terusik dengan Presidium Penyelamat Partai itu. Oleh karenanya mereka melakukan rapimnas dan menuntut agar kelompok tersebut dipecat dari Berkarya.

"Ada sekitar 15 organ-organ partai yang merasa terusik dengan oknum-oknum itu yang kami kira sangat sayangkan mereka agak menjual ini untuk apa kami nggak tahu. Mereka tidak rela kepemimpinan Pak Tommy Soeharto ini diganggu dengan cara yang tidak bermartabat," tutur Priyo.(dtk)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: