logo
×

Rabu, 26 Agustus 2020

Rouhani: AS Mau Akur? Minta Maaf Dulu Lah!

Rouhani: AS Mau Akur? Minta Maaf Dulu Lah!

DEMOKRASI.CO.ID - Sebuah syarat diajukan oleh Presiden Iran Hassan Rouhani kepada Amerika Serikat (AS) jika ingin menjalin kesepakatan baru dengan negara itu. Pertama-tama AS harus kembali ke kesepakatan nuklir Teheran 2015 dengan enam kekuatan yang ditinggalkan Washington dua tahun lalu.

“Kebijakan tekanan maksimum Washington terhadap Iran telah gagal 100 persen. Jika Washington menginginkan kesepakatan dengan kami, maka mereka harus meminta maaf karena keluar dari kesepakatan dan kembali ke sana,” kata Rouhani dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, seperti dikutip dari AFP, Selasa (25/8).

Sebenarnya Hubungan tegang yang panjang antara kedua musuh ini hampir berakhir sejak 2018 lalu, ketika Presiden AS Donald Trump membatalkan kesepakatan yang dicapai oleh pendahulunya Barack Obama dan menerapkan kembali sanksi yang telah melumpuhkan ekonomi Iran.

Menanggapi apa yang disebut Washington sebagai kampanye ‘tekanan maksimum’ untuk memaksa Iran merundingkan kesepakatan baru, Teheran telah melanggar batasan utama pada aktivitas nuklir yang diberlakukan oleh perjanjian 2015, di mana Republik Islam itu menerima pembatasan pada program pengayaan uraniumnya dengan imbalan keringanan sanksi.

Pekan lalu, pemerintahan Trump bertindak untuk memulihkan sanksi global PBB terhadap Iran, termasuk embargo senjata yang berakhir pada Oktober di bawah pakta 2015.

Tetapi usaha itu gagal total setelah 13 dari 15 negara di Dewan Keamanan PBB termasuk sekutu utama AS yang menandatangani perjanjian nuklir menyuarakan penentangan terhadap langkah Amerika tersebut, dengan alasan bahwa langkah itu tidak berlaku karena Washington menggunakan proses yang disepakati berdasarkan kesepakatan yang telah ditinggalkannya.

Pernyataan Rouhani ini sepertinya untuk menyinggung klaim Trump, bahwa AS bisa ‘akur’ dengan Iran jika ia memenangkan pemilihan pada November mendatang.
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: