logo
×

Sabtu, 19 September 2020

Kisah Lulusan SD Asal Lamongan Sukses di Malaysia, Gajinya Tembus Rp169 Juta per Bulan

Kisah Lulusan SD Asal Lamongan Sukses di Malaysia, Gajinya Tembus Rp169 Juta per Bulan

 


DEMOKRASI.CO.ID - Sepintas tak ada yang istimewa dari pria berpakaian merah yang terlihat duduk di kantin Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Kuching, Sarawak, Malaysia. Pria bernama Nur Zein asal Kabupaten Lamongan, Jawa Timur itu memang terlihat sederhana sekali.

Tapi tiada yang menyangka, dia adalah warga negara Indonesia (WNI) yang sukses di Sarawak, Malaysia. Boleh dibilang, Zein adalah orang Lamongan tersukses yang ada di Sarawak.

Betapa tidak, dari 5.000-an warga Lamongan yang menjadi pahlawan devisa di Jiran ini, hanya Zein yang memiliki aset berkisar Rp10 miliar. Bukan untuk pamer, tapi Zein mengungkapkan ini untuk memotivasi WNI lain yang bekerja di Malaysia agar lebih bersemangat.

“Saya berharap Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang ada di Malaysia untuk tidak malas. Karena malas di negara orang, artinya bunuh diri. Pekerja Indonesia juga harus menekuni satu karir yang diyakini bisa membawa kita lebih hebat,” pesan Zein saat mengobrol dengan Okezone, Jumat (22/11/2019).

Pria 45 tahun ini mulai bercerita tentang manis dan pahitnya menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) sehingga bisa sukses sampai saat ini. Mulanya, pada tahun 1991 lalu dia memberanikan diri untuk merantau ke Malaysia. Dia menumpang perahu nelayan dari Tanjung Balai Karimun Jawa, Kepulauan Riau. Kala itu usianya masih 16 tahun dan paling muda di perahu kayu itu.

Dalam perjalanan, perahu yang ditumpangi bersama belasan warga Indonesia itu sempat bersembunyi di balik di pulau-pulau kecil. Karena ombak sedang tak bersahabat. Lagi pula, ada beberapa penumpang perahu itu yang tak memiliki dokumen. Sehingga sempat dalam satu pekan mereka kelaparan di lautan.

“Setelah seminggu bersembunyi, akhirnya kami sampai di wilayah Semenanjung Malaysia. Kemudian kami harus menunggu selama dua hari di hutan hingga kondisi dianggap aman oleh tekong atau nahkoda. Kalau sudah aman, baru kami naik ke daratan dan diantar ke Kuala Lumpur,” ceritanya.

Di usianya yang terbilang masih remaja kala itu, Zein sudah harus bekerja keras. Dia awalnya mengikuti atau membantu warga-warga Lamongan dan saudaranya yang terlebih dahulu sudah mengerjakan konstruksi bangunan. Zein yang hanya tamat Sekolah Dasar (SD) ini masih belum memiliki kemampuan mengenai apa yang dikerjakan.

Meski demikian, dia kukuh untuk belajar dengan melihat apa yang dikerjakan para ahli kala itu. Sampai akhirnya, dia menjadi seorang kontraktor. Selama tiga tahun menjadi kontraktor di Kuala Lumpur, gajinya hanya berkisar dari RM19 (ringgit Malaysia) sampai RM45 per bulan.

Tapi Zein tak patah semangat. Dia terus giat bekerja sambil mendalami kemampuannya. “Sampai tahun 1998, gaji saya sudah mencapai 3.000 Ringgit Malaysia (RM) per bulan. Kalau dirupiahkan, sekitar 10 juta rupiah per bulan,” katanya.

Gaji yang didapat Zein kemudian terus meningkat seiring dengan kemampuannya bekerja. Pada tahun 2000, gajinya sudah mencapai RM4.500 per bulan. Kemudian pada tahun 2005 gajinya sudah mencapai RM10.000 per bulan.

“Lalu pada tahun 2010, saya dibawa seorang bos ke Sarawak. Di Sarawak inilah borongan pekerjaan banyak masuk dan banyak juga yang meminta saya untuk bekerja. Dari situ karir saya semakin meningkat sampai sekarang,” tuturnya.

Bahkan, tawaran kerja di Australia dengan gaji 50 juta rupiah per bulan, ditolaknya mentah-mentah. Karena bosnya di Sarawak memberikan tawaran yang lebih menjanjikan.

“Padahal saya hanya lulusan SD. Tapi saya tetap ulet bekerja dengan mengandalkan kemampuan dalam pekerjaan. Boleh dibilang saya ini nekat tapi nasib bagus,” ujarnya.

Tak hanya bisa mengerjakan kontruksi bangunan di daratan, seperti melakukan pemeriksaan atau pengecekan tower setinggi 120 meter, Zein juga bisa bekerja sebagai pemeriksa bangunan di bawah air. Seperti mengecek kondisi tiang jembatan dengan cara penyelaman (inspeksi).

“Pekerjaan pemeriksaan konstruksi bangunan di bawah air bisa mendapatkan penghasilan sebesar 600 ringgit Malaysia per jam. Selama ini semua pekerjaan penyelaman dari kedalaman 20 sampai 30 meter dilakukannya dengan baik,” tutur Zein.

Karena keuletan dan kesabaran dalam belajar, membuat Zein serba bisa. Untuk mendapatkan kepercayaan pekerjaan ini memang tak mudah. Zein harus memiliki bekal yang kuat. Selain keberanian dan kemampuan, tentu Zein harus mengantongi dokumen resmi terkait keahliannya. Salah satunya sertifikat SCUBA (Self-Contained Underwater Breathing Apparatus).

Sertifikat SCUBA itu dikeluarkan Professional Association of Diving Instructors (PADI) atau organisasi pelatihan penyelam dan selam rekreasi terbesar di dunia. Lisensi yang didapatkannya berasal dari Australia.

Kini setiap pekerjaan yang didapat, Zein dibantu timnya sebanyak 21 orang yang juga berasal dari kampung halamannya, Lamongan. Mereka disebar di beberapa daerah di Sarawak.

“Saya tidak sekolah tinggi, tapi bisa seperti ini. Kuncinya, jaga kepercayaan dan teruslah belajar dengan apa yang kita kerjakan. Sampai akhirnya seluruh wilayah di Malaysia pernah saya kerjakan,” ungkap Zein.

Di balik kesuksesan ini, tentu ada keluarga yang selalu mendampingi dan mendukung Zein. Dia didampingi seorang istri dan memiliki dua orang anak.

“Boleh dibilang penghasilan saya lah yang besar dibanding teman-teman lain dari Lamongan. Karena di Sarawak ini ada sekitar 5.000-an warga asal Lamongan,” tuturnya.

Zein tak lupa mengucap syukur atas apa yang didapatnya. “Alhamdulillah, kalau aset saya saat ini ada sekitar 10 miliar rupiah. Memang gaji tidak tentu. Tergantung risiko dan kerumitan pekerjaan. Paling besar saya pernah dapat gaji 50 ribu ringgit Malaysia per bulan (setara Rp169 juta),” kata dia.

Saat ini, Zein masih melakukan pengerjaan jembatan di Jembatan Seratok dan Sadong Jaya. “Di Malaysia ini, kalau jembatan itu 20 tahun sekali dilakukan inspeksi. Tidak tunggu rusak atau roboh dulu,” tutup anak ketujuh dari 12 bersaudara ini.

Melihat kesuksesan Zen ini, Pelaksana Fungsi Konsuler I Perlindungan WNI KJRI Kuching, Lucky Nugraha menyarankan agar setiap WNI yang ingin bekerja di Malaysia, agar melengkapi segala dokumennya. Lakukan secara prosedural. Hal ini supaya WNI tenang dalam menjalankan pekerjaan dan aktivitasnya.

“WNI diharapkan tidak masuk wilayah Malaysia secara non prosedural. Untuk WNI di Malaysia jika perlu bantuan silakan menghubungi hotline KJRI Kuching, 0168866734 dan 0168899734. Kami akan bantu sebisa kami,” imbaunya.

Atase Imigrasi KJRI Kuching, Ronni Fajar Purba menambahkan, Nur Zein memang seorang WNI asal Lamongan yang sukses di Sarawak. Selain itu, Zein kerap membantu masyarakat Indonesia. “Dia memang kerap membantu. Semuanya dibantu. Termasuk kalau ada tamu kita di Kuching, dia selalu menawarkan bantuan,” ucap Ronni.

Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: