logo
×

Rabu, 02 September 2020

Pentagon Sebut China Pertimbangkan Indonesia Jadi Lokasi Fasilitas Militer

Pentagon Sebut China Pertimbangkan Indonesia Jadi Lokasi Fasilitas Militer

DEMOKRASI.CO.ID - Pentagon baru saja merilis laporan tahunan soal perkembangan militer China. Laporan itu menyebut bahwa China berupaya mengembangkan jaringan logistik militer di kawasan Samudra Hindia dengan mempertimbangkan beberapa negara, termasuk Indonesia, sebagai lokasi fasilitas logistik militernya.

Seperti dilansir Nikkei Asian Review, Rabu (2/9/2020), laporan Pentagon atau Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) yang berjudul 'Perkembangan Militer dan Keamanan melibatkan Republik Rakyat China' itu merupakan laporan tahunan soal kekuatan militer China yang wajib diserahkan kepada Kongres AS.

Laporan itu membahas berbagai perkembangan militer China dan pada salah satu poin menyinggung soal kehadiran global militer China yang semakin berkembang. Disebutkan laporan itu bahwa China berupaya membangun jaringan logistik luar negeri yang lebih kuat dan infrastruktur pangkalan untuk memungkinkan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) memproyeksikan dan mempertahankan kekuatan militer pada jarak lebih jauh.

"PRC (Republik Rakyat China-red) kemungkinan besar sudah mempertimbangkan dan merencanakan fasilitas logistik militer tambahan untuk mendukung proyeksi Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Angkatan Darat," sebut laporan Pentagon tersebut, yang dirilis di situs resmi Departemen Pertahanan AS.

Ada beberapa negara, yang menurut Pentagon, menjadi pertimbangan China untuk lokasi fasilitas logistik militer terbaru di luar negeri. Ada nama Indonesia disebut dalam daftar negara tersebut.

"PRC kemungkinan telah mempertimbangkan Myanmar, Thailand, Singapura, Indonesia, Pakistan, Sri Lanka, Uni Emirat Arab, Kenya, Sychelles, Tanzania, Angola dan Tajikistan sebagai lokasi fasilitas logistik militer PLA," demikian disebutkan laporan Pentagon.

Pentagon tidak menjelaskan lebih lanjut soal alasan China mempertimbangkan negara-negara tersebut sebagai lokasi fasilitas logistik militer tambahan. Hanya disebutkan Pentagon dalam laporannya bahwa jaringan global untuk logistik militer China bisa mengintervensi operasi militer AS dan mendukung operasi ofensif terhadap AS.

Menurut peneliti pada forum diskusi think-tank American Enterprise Institute, Zack Cooper, itu menandai pertama kalinya pengamatan semacam itu muncul dalam laporan Pentagon. Laporan itu menyebut China telah membuat tawaran ke Namibia, Vanuatu dan Kepulauan Solomon.

Cooper yang mantan staf Pentagon ini menyebut laporan terbaru itu menekankan 'keinginan China untuk bertindak secara global'.

Keyakinan AS pada ambisi China memperkuat militer di Samudra Hindia diduga berasal dari bagaimana China telah membuka pangkalan militer permanen pertamanya di luar negeri tahun 2017 lalu di Djibouti, area Tanduk Afrika. Djibouti menjadi satu-satunya lokasi pangkalan militer luar negeri China saat ini. Otoritas China menyebutnya sebagai basis pendukung untuk tujuan seperti bantuan kemanusiaan dan misi pengawalan.

Disebutkan juga dalam laporan Pentagon bahwa AS juga meyakini bahwa Kamboja telah menandatangani perjanjian rahasia dengan China, yang mengizinkan Angkatan Bersenjata China menggunakan salah satu pangkalan lautnya. Laporan ini dibantah oleh Kamboja maupun China.

China sendiri berulang kali menegaskan pihaknya 'tidak akan pernah mencari hegemoni atau ekspansionisme' dengan mengutip 'tradisi' budaya dan sejarah yang damai yang dipegangnya. [dtk]
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: