DEMOKRASI.CO.ID - Badan Pusat Statistik (BPS) tidak hanya merilis data ekonomi Indonesia yang mengalami resesi di kuartal III 2020. Tapi juga merilis mengenai angka pengangguran yang semakin meningkat di tengah pandemi Covid-19.
Sebagaimana diuraikan Kepala BPS Suhariyanto, angka pengangguran naik dari 2,67 juta orang menjadi 9,77 juta orang hingga kuartal III 2020.
Namun bukan peningkatan itu yang membuat Deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), M. Said Didu prihatin.
Mantan sekretaris Kementarian BUMN itu menyoroti tingkat pengangguran terbuka (TPT) berdasarkan jenjang pendidikan.
Baginya data itu mengkhawatirkan. Sebab jumlah sarjana yang menganggur lebih banyak ketimbang lulusan SMP dan SD.
“Gawat. Prosentase penganggur sarjana lebih tinggi dari prosentase penganggur lulusan SD dan SMP,” urainya dalam akun Twitter pribadi sesaat lalu, Jumat (6/11).
Adapun data pengangguran yang dirilis BPS adalah lulusan SMK sebesar 13,55 persen, SMA 9,86 persen, diploma I hingga III 8,08 persen, strata I 7,35 persen, SMP 6,46 persen, dan lulusan SD 3,61 persen.
Said Didu lantas bertanya-tanya apakah data yang menurutnya mengejutkan itu merupakan buah dari oligarki dan dinasti para politisi di tanah air.
“Inikah dampak dari oligarki dan dinasti?” tutupnya.